kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis alat berat dibayangi krisis


Senin, 04 Juni 2012 / 07:00 WIB
Bisnis alat berat dibayangi krisis
ILUSTRASI. Pada Rabu (19/5/2021), harga bitcoin dan ethereum membukukan penurunan harian terbesar sejak Maret tahun lalu.


Reporter: Rizki Caturini, Raka Mahesa Wardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Peningkatan permintaan alat berat terus berlanjut di tahun ini. Sepanjang kuartal-I 2012, penjualan alat berat mencapai 6.195 unit, atau meningkat 36% year-on-year (yoy).

Sektor pertambangan masih menjadi pendorong utama tingginya permintaan alat berat di dalam negeri. Sektor ini berkontribusi sekitar 62% dari total permintaan alat berat.

Meski saat ini harga batubara relatif melemah, namun hal ini tidak akan terlalu berpengaruh signifikan terhadap produksi batubara. Perusahaan batubara masih bisa menikmati keuntungan, lantaran cash margin di sektor batubara termasuk lumayan. Margin rata-rata mencapai 38%, jika harga jual batubara melemah sekitar 10%.

Tentu kondisi ini bisa membuat kinerja para emiten di sektor alat berat bakal kian merekah. Tim riset Sucorinvest dalam laporan risetnya menyatakan, penjualan industri alat berat pada tahun ini bisa meningkat sekitar 20% yoy, menjadi 23.972 unit.

Selain dari sektor pertambangan, permintaan alat berat dari beberapa sektor lainnya tetap relatif kuat. Sektor perkebunan saat ini berkontribusi sekitar 19% dan sektor konstruksi berkontribusi sekitar 11%. Sedang permintaan alat berat dari sektor kehutanan menyumbang 8% dari total penjualan.

Ancaman krisis

Alat berat yang didistribusikan PT United Tractors Tbk (UNTR), yakni Komatsu, masih menjadi pemimpin pasar alat berat di dalam negeri. Sepanjang kuartal-I 2012, UNTR berhasil menjual 2.207 unit alat berat. Jumlah itu sama dengan angka penjualan di kuartal-I tahun lalu.

Pandu Anugrah, Analis Kim Eng Securities, dalam laporan risetnya mengatakan, suplai alat berat dari China makin memperketat persaingan alat berat di dalam negeri. "Ini yang membuat pangsa pasar UNTR tergerus," katanya. Sekadar informasi, pangsa pasar UNTR pada tiga bulan pertama 2012 turun menjadi 35,6%, dari 48,6%.

Namun, manajemen UNTR optimistis bisa menggenjot penjualan alat berat pada kuartal III dan IV. UNTR menargetkan bisa meraih pertumbuhan penjualan alat berat sekitar 10%-15% dari penjualan tahun 2011 yang sebanyak 8.467 unit.

Sementara, PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) berhasil meningkatkan penjualan alat berat cukup signifikan selama kuartal-I 2012, yakni sebesar 60% yoy, menjadi 1.084 unit.

Reza Priyambada, Managing Research Indosurya Asset Management menilai, emiten yang menjual alat berat merek Hitachi itu, bisa mencetak pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tumbuh masing-masing 20% dan 40%.

Distributor alat berat merek Volvo, PT Intraco Penta Tbk (INTA) meraih pertunbuhan penjualan sebesar 25% pada kuartal I 2012. Dari situ, INTA meraih pendapatan sebesar Rp 678,6 miliar. Sedang pada kuartal I tahun lalu, penjualan INTA hanya Rp 543 miliar.

Melalui anak usahanya bernama PT Intraco Penta Wahana, INTA juga memasarkan alat berat asal China, Sinotruk sejak awal Februari 2012. Tahun ini, INTA menargetkan bisa menjual sebanyak 650 unit Sinotruk.

Saat ini, ancaman krisis sedang menaungi perekonomian baik di dalam negeri, regional dan global. Situasi itu menjadi penyebab emiten hanya berupaya memenuhi target pertumbuhan penjualan saja. "Persaingan harga membuat emiten tidak bisa serta merta menaikkan harga jual," kata Akhmad Nurcahyadi, Analis BNI Securities, Jumat (1/5).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×