kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biaya tinggi, surat utang korporasi sepi


Rabu, 07 Januari 2015 / 11:03 WIB
Biaya tinggi, surat utang korporasi sepi
ILUSTRASI. Logam mulia emas Antam di Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Noor Muhammad Falih, Wahyu Satriani | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Sepanjang tahun 2014, korporasi menahan penerbitan surat utang. Tren suku bunga tinggi memaksa perusahaan menawarkan tingkat kupon cukup tinggi.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida menyampaikan, sejak Januari hingga 29 Desember 2014, OJK menerbitkan pernyataan efektif penerbitan obligasi maupun sukuk korporasi senilai Rp 48,04 triliun.

Rinciannya, 9 pernyataan efektif dengan skema Penawaran Umum obligasi/sukuk senilai Rp 9,45 triliun. Lalu, 10 pernyataan efektif dengan skema Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Tahap I obligasi/sukuk senilai Rp 12,25 triliun, dan 27 PUB Tahap II dan seterusnya sejumlah Rp 26,34 triliun. Realisasi emisi sepanjang 2014 turun 17,96% dibandingkan penerbitan tahun sebelumnya senilai Rp 58,56 triliun.

Minimnya penerbitan surat utang korporasi tidak lepas dari pengaruh politik dan ekonomi global. "Namun, saya optimistis, penerbitan surat utang korporasi akan meningkat seiring perkembangan pasar modal domestik," ujar Nurhaida, kemarin (6/1).

Analis obligasi Millenium Danatama Indonesia Desmon Silitonga menilai, perusahaan mengerem penerbitan surat utang akibat tren suku bunga tinggi. Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) pada awal 2013 masih di kisaran 5,75%. Kemudian naik terus hingga akhir 2014 sudah di level 7,75%.

Kenaikan suku bunga otomatis mengerek tingkat yield Surat Utang Negara (SUN). Padahal, perhitungan kupon layak obligasi atau sukuk berdasarkan yield SUN bertenor sama plus spread sesuai peringkat surat utang. "Jadi, saat menerbitkan surat utang di 2014, mau tak mau perusahaan harus menawarkan kupon tinggi. Ini memberatkan cost of fund," papar Desmon.

Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih menambahkan, faktor pemilihan presiden juga menjadi sentimen korporasi enggan menerbitkan surat utang.

Memasuki tahun 2015, pasar surat utang korporasi masih menghadapi isu yang sama, yakni potensi kenaikan BI rate. Maklum, Bank Sentral Amerika akan merealisasikan kenaikan suku bunga pada tahun ini.

Itu sebabnya, Desmon memperkirakan, penerbitan baru surat utang korporasi tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan realisasi tahun 2014. "Sekitar Rp 40 triliun sampai Rp 50 triliun. Sektor keuangan dan infrastruktur akan mendominasi penerbitan," prediksi Desmon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU

[X]
×