kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI: Rupiah diuntungkan pelemahan dollar AS


Jumat, 08 September 2017 / 14:56 WIB
BI: Rupiah diuntungkan pelemahan dollar AS


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - Nilai tukar rupiah makin perkasa menjelang akhir pekan. Di pasar spot, nilai tukar rupiah menguat 0,6% ke level Rp 13.210 per dollar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (8/9) pukul 13.10 WIB. Ini adalah posisi terkuat rupiah sejak 11 November 2016.

Kurs tengah Bank Indonesia juga menunjukkan penguatan kurs rupiah ke level Rp 13.284 per dollar AS dari sebelumnya Rp 13.331 per dollar AS. Aliran dana masuk ke pasar obligasi domestik menjadi salah satu pendorong penguatan nilai tukar rupiah terhadap greenback.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, penguatan rupiah tersebut dipengaruhi oleh pelemahan dollar AS. Tak hanya menguatkan rupiah, pelemahan mata uang Negeri Paman Sam tersebut turut menguatkan mata uang Eropa.

Ia menjelaskan, ekonomi AS tumbuh baik, tetapi tidak secepat yang diperkirakan sebelumnya. Begitu juga dengan inflasinya. Akhirnya, kenaikan suku bunga acuan The Fed juga tidak seagresif yang diperkirakan sebelumnya.

Pada bulan ini, The Fed diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunganya lagi. Sementara potensi kenaikan di Desember, sudah di bawah 35%. Hal ini membuat dollar AS kurang menarik.

"Itu semua membuat tren pembalikan. Ekspektasi orang terhadap dollar AS menurun. Surat utang dollar yang awal tahun bisa mencapai 2,5% tenor 10 tahun, sekarang trennya turun, kemarin 2 koma sekian persen. Ini membuat dollar AS melemah, ya mata uang Indonesia dan emerging market menguat," kata Mirza saat ditemui di Gedung BI, Jakarta, Jumat (8/9).

Di sisi lain, ekonomi Eropa juga belum pulih sesuai yang diharapkan. Hal ini direspon oleh Bank Sentral Eropa (ECB) yang memutuskan untuk melanjutkan stimulus moneternya. Akibatnya, mata uang euro sedikit melemah.

"Kalau ECB misalnya memberikan sinyal bahwa stimulus dikurangi karena ekonominya pulih lebih cepat maka ada kemungkinan suku bunga akan naik di 2018 misalnya, pasti euro akan menguat. Tetapi tren dunia memang dollar AS melemah, mata uang euro menguat. Year to date begitu," tambah Mirza.

Dari sisi domestik, Mirza menilai kondisi ekonomi Indonesia cukup baik. Hal itu ditandai dengan inflasi yang terjaga. Secara year to date hingga Agustus 2017 mencapai 2,53% dan ekspektasi pasar terhadap inflasi hingga akhir tahun bisa di bawah 4%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×