kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI mewaspadai tekanan nilai tukar rupiah


Kamis, 12 April 2018 / 06:08 WIB
BI mewaspadai tekanan nilai tukar rupiah
ILUSTRASI. Rupiah versus US Dollar


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih, Fauzan Zahid Abiduloh, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah mulai bergerak stabil pada April 2018. Namun Bank Indonesia (BI) tetap mewaspadai volatilitas rupiah. Pasalnya, tekanan terhadap nilai tukar rupiah biasanya tergolong besar memasuki kuartal II-2018.

Hal ini disebabkan adanya pembayaran kewajiban pemerintah ke luar negeri dan naiknya suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed). "Biasanya pada kuartal pertama, tekanan pada current account (transaksi berjalan) ada. Di kuartal II akan ada tekanan lagi (lebih besar)," jelas Gubernur (BI) Agus Martowardojo, Rabu (11/4).

BI mencatat transaksi berjalan selalu mengalami peningkatan defisit pada kuartal II dibandingkan kuartal I. Itu adalah imbas pembayaran bunga utang pemerintah dan swasta ke luar negeri. Juga musim pembagian dividen.

Tahun 2017 misalnya, defissit transaksi berjalan kuartal II sebesar US$ 4,80 miliar, naik dari kuartal sebelumnya US$ 2,18 miliar. Pada saat bersamaan, neraca pendapatan primer menyumbang kenaikan defisit dari US$ 7,77 miliar menjadi US$ 8,39 miliar.

Agus bilang BI telah memahami siklus tersebut. Untuk itu BI akan berkoordinasi dengan pemerintah untuk memberikan keyakinan kepada seluruh masyarakat. "Secara siklus kami sudah tahu karena di kuartal II ada bayar kewajiban yang ada. Kami juga memahami FFR akan naik 3 kali di Maret, Juli, dan Desember. BI tentu akan bersama dengan pemerintah dan OJK akan koordinasi sehingga masyarakat paham," jelas Agus.

Deputi Gubernur BI sekaligus Gubernur BI terpilih Perry Warjiyo menegaskan, pihaknya akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya. "BI tidak segan-segan intervensi baik dalam suplai dollar di pasar valas maupun membeli SBN (surat berharga negara) jika nilai tukar mendapat tekanan," terang Perry.

Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina menyatakan, tekanan rupiah di kuartal II biasanya meningkat karena ada aktivitas pembayaran bunga utang. Namun, nilai tukar juga ditentukan sentimen pasar dan faktor eksternal.

Jika sentimen pasar dikelola dengan baik, nilai tukar rupiah bisa stabil. Seperti pada tahun lalu, rata-rata nilai tukar rupiah pada kuartal II-2017 sebesar Rp 13.310 per dollar AS, menguat dibandingkan kuartal sebelumnya yang rata-rata Rp 13.348.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×