kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45982,12   -8,25   -0.83%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Besarnya penawaran investor saat lelang SUN jadi pertimbangan utama


Senin, 14 Mei 2018 / 13:48 WIB
Besarnya penawaran investor saat lelang SUN jadi pertimbangan utama
ILUSTRASI. Loto Srinaita Ginting, Direktur Surat Utang Negara Ditjen PPR


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) menyatakan, jumlah penawaran yang masuk menjadi pertimbangan utama pemerintah dalam menerbitan surat utang negara (SUN). Meskipun penawaran yang masuk meminta imbal hasil yang lebih tinggi dari yang sebelumnya.

Direktur Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu Loto Srinaita Ginting mengatakan, selama penawaran yang masuk tinggi pemerintah akan mempertimbangkan untuk memenangkan lelang tersebut. Walaupun, imbal hasil yang diminta mengarah pada keseimbangan baru atau lebih tinggi dari level imbal hasil pada lelang sebelumnya.

"Cuma kalau penawarannya lemah, nah itu yang kami harus hati-hati dalam memberikan sinyal. Jangan sampai dianggap bahwa pemerintah sangat di-cornering market sehingga dengan penawaran yang lemah pun harus memberikan acuan harga," kata Loto usai acara peluncuran SBR003 di Jakarta, Senin (14/5).

Menurut Loto, tingkat imbal hasil terbentuk di pasar sekunder. Namun, pemerintah lebih percaya dengan imbal hasil yang diminta investor saat penawaran berlangsung.

"Kalau incoming bids-nya strong, dan ternyata pasar menghendaki keseimbangan level yang baru, tidak ada masalah bagi pemerintah," tambah Loto.

Untuk diketahui, dalam penerbitan SUN lima seri pekan lalu, pemerintah sama sekali tak memenangkan lelang. Salah satu alasannya, tingkat imbal hasil yang disampaikan oleh investor relatif di luar kewajaran yang dapat diterima.

Namun, jumlah penawaran yang masuk juga hanya Rp 7,18 triliun. Padahal, target indikatif pemerintah sebesar Rp 17 triliun. Rendahnya penawaran ini menurut pemerintah, tidak mencerminkan kondisi market yang sebenarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×