kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Besarnya belanja modal akan memberatkan kinerja Indosat


Kamis, 01 November 2018 / 06:34 WIB
Besarnya belanja modal akan memberatkan kinerja Indosat
ILUSTRASI. Logo Indosat ooredoo


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun depan bakal menjadi tahun ekspansi PT Indosat Tbk (ISAT). Perusahaan ini disebut-sebut bakal menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga US$ 2 miliar atau lebih dari Rp 30 triliun.

Capex jumbo tersebut dikucurkan untuk mengejar ketertinggalan ISAT dengan operator lain. Tapi, di sisi lain, capex yang sebagian di antaranya untuk pengembangan jaringan itu justru bisa menjadi pemberat kinerja.

Aditya Eka Prakasa, analis BCA Sekuritas bilang, capex terlalu tinggi cukup berisiko. Jika ISAT menaikkan capex jadi Rp 15 triliun saja, net gearing perusahaan lompat jadi sekitar tiga kali. Bandingkan dengan net gearing perusahaan saat ini sekitar dua kali. "Konservatifnya, capex Rp 10 triliun. Ini pun dengan risiko biaya bunga naik 30% jika pendanaannya berasal dari bank," jelas Aditya dalam riset 30 Oktober.

ISAT bisa menambah dana segar tanpa harus berutang. Caranya, menjual 4.000 menara telekomunikasi miliknya. Hal serupa pernah dilakukan pada 2012 dengan harga jual Rp 1,88 miliar per menara. Jika menggunakan asumsi harga itu saja ISAT sudah dapat duit segar Rp 7,5 triliun.

Namun, strategi itu masih kurang ideal. Akan lebih ideal jika ISAT bergabung atau melakukan merger dengan operator lain. Alhasil, aset ISAT bisa lebih besar.

Dengan merger, ISAT dapat meningkatkan basis pelanggan dan jaringan dengan probabilitas jaringan yang tinggi. "Mergermerupakan opsi terbaik untuk ISAT ke depan," imbuh Aditya.

Penurunan pelanggan

Sepanjang sembilan bulan tahun ini, ISAT mencatat penurunan pendapatan sekitar 26% menjadi Rp 16,7 triliun. Penurunan itu dipicu oleh turunnya pelanggan seluler sekitar 34% menjadi 64,1 juta pelanggan.

Penurunan itu imbas dari kebijakan registrasi sim card. "Ini dialami oleh semua emiten telekomunikasi," ujar Victoria Venny, analis MNC Sekuritas kepada KONTAN, Rabu (31/10).

ISAT juga memiliki kendala tingkat perpindahan konsumen atawa churn rate. Jika tingkat churn rate turun, dan ISAT mampu menjaga sejumlah pelanggan yang ada, maka pendapatan sepanjang tahun 2018 diperkirakan Rp 23 triliun dan tahun 2019 sebesar Rp 24 triliun, jelasnya.

Ke depan, ISAT berencana melanjutkan ekspansi perluasan jaringan 4G di luar pulau Jawa yang semula ditargetkan bisa terealisasi di lima provinsi tahun ini.

Asal tahu saja, untuk ekspansi hingga September 2018, ISAT telah mengucurkan dana capex sebesar Rp 4,79 triliun. Angka ini naik sekitar 93% dari realisasi capex periode yang sama tahun lalu.

Venny masih bullish dengan ISAT. Dia merekomendasikan buy dengan target harga Rp 3.300 per saham. Lain halnya dengan Aditya, dia merekomendasikan hold dengan target harga Rp 2.600. Setali tiga uang, Paula Ruth, analis Indo Premier Sekuritas merekomendasikan hold dengan target harga Rp 3.500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×