kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berjibaku sejak putih abu-abu


Sabtu, 20 September 2014 / 07:33 WIB
Berjibaku sejak putih abu-abu
ILUSTRASI. Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Selasa 4 April 2023. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Sofyan Hidayat

JAKARTA. Memutar dana pada instrumen investasi seolah sudah menjadi candu bagi Jeffrosenberg Chen Lim. Associate Director,  Investment Division PT Sinarmas Asset Management itu menganggap, investasi sebagai sebuah gairah sekaligus hobi.

Pria yang akrab dipanggil Jeff Tan itu mulai menjajal investasi sejak masih mengenakan seragam putih abu-abu. Awalnya, mantan Kepala Divisi Riset Ekuitas PT Sinarmas Sekuritas itu ikut berspekulasi di bursa berjangka. Sebagai modal investasi, Jeff menyisihkan sebagian dana dari uang sakunya.

Jeff sempat mengalami kerugian sekitar Rp 5 juta. Lantaran belum bekerja dan memiliki penghasilan tetap, maka setiap kerugian terasa berat.

"Saat itu sedih sekali. Namun apabila dilihat dari perspektif sekarang, merupakan investasi yang menguntungkan karena saya sudah memulai investasi sejak dini sehingga banyak pengalaman. Investment is a journey, not a destination," terang Jeff saat berbincang dangan KONTAN.

Jeff bukan tidak sengaja kecemplung di bidang investasi.  Alumni Business Administration University of California itu tertarik berinvestasi karena termotivasi sang ayah yang merupakan pemilik sebuah perusahaan investasi di Indonesia.

Tidak puas dengan spekulasi di bursa berjangka, Jeff melanjutkan investasinya di saham dan options di Amerika Serikat (AS). Investasi ini dilakukannya saat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

"Saat itu saya trader agresif, memegang prinsip high risk high return, serta masuk dan keluar tanpa memiliki aturan tersendiri," kata dia. Sedangkan kini, dia mengaku lebih berhitung dalam berinvestasi. Karakter investasinya untuk jangka panjang serta lebih konservatif.

Pasar modal domestik

Pria yang pernah menjadi analis finansial di Scully Transportation Services, California, AS itu baru mulai masuk ke pasar saham Indonesia pada tahun 2011 lalu. Saat itu, dia baru kembali ke tanah air.

Sejumlah saham yang menjadi pilihannya saat itu antara lain saham PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA), PT Mayora Indah Tbk (MYOR) serta PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI). Jeff tak pernah melepas kepemilikannya di saham selama masih memiliki fundamental bagus.

Saat pasar saham turun, dia justru memanfaatkannya untuk menambah aset di saham. Dengan strategi tersebut, dia bisa menggenggam aset finansial dengan harga murah dan dalam jumlah signifikan.

Hasilnya, Jeff mampu mengantongi keuntungan lima kali hingga delapan kali dari dana yang ia investasikan. "Mungkin itu return paling besar yang saya alami. Misalnya, ARNA saya masuk saat sebelum stock split dan saat ini sudah stock split lagi," kata Jeff.

Mantan Asisten Manajer Portofolio/Analis Riset California Funds Group, California AS itu kini mengincar saham-saham yang akan diuntungkan dari pemerintahan presiden baru Joko Widodo atau Jokowi. Dia yakin, Jokowi akan melonggarkan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan mengalokasikannya ke sektor pendidikan serta infrastruktur. "Jadi saya buy on weaknes di sektor konstruksi  serta infrastruktur seperti saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR). Kemudian, underweight di sektor perbankan karena pengetatan likuiditas hingga semester I tahun depan," tutur dia.

Selain saham, Jeff juga masuk ke instrumen fixed income seperti pasar uang dan obligasi bertenor pendek tiga hingga lima tahun. Deposito juga menjadi pilihan investasinya karena mampu memberikan suku bunga tinggi hingga 11,5%. "Fixed income saya ambil sifatnya lebih ke short term security," ujar Jeff.
Saat ini,  mayoritas asetnya yakni sekitar 70% diputar di saham. Sedangkan sisanya sekitar 20% hingga 30% pada fixed income

Tahun depan, dia berencana memperbesar porsi obligasi bertenor pendek. Analisis Jeff, yield obligasi korporasi bertenor tiga tahun hingga lima tahun pada semester I tahun depan akan naik ke level 14% hingga 15% dari posisi saat ini yang masih di kisaran 12% hingga 13%. "Tahun depan yield obligasi Indonesia akan sampai puncak, jadi saatnya untuk beli," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×