kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berat badan naik setelah berhenti merokok, berbahayakah?


Kamis, 16 Agustus 2018 / 14:05 WIB
Berat badan naik setelah berhenti merokok, berbahayakah?


Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berat badan bertambah adalah efek yang bisa terjadi saat menghentikan kebiasaan merokok.

Tentunya, ini menjadi kekhawatiran besar terkait dengan masalah kesehatan yang disebabkan oleh obesitas. 

Namun, riset dari AS mengatakan jika pertambahan berat badan tersebut bukanlah masalah besar. 

Riset yang dipimpin oleh peneliti dari Harvard menemukan, mereka yang memutuskan untuk berhenti merokok setidaknya menurunkan 50% risiko kematian dini akibat penyakit jantung dibandingkan dengan perokok. 

Dr Willam Dietz, ahli kesehatan masyarakat dari George Washington University, mengatakan riset ini sangat bermanfaat untuk mengatasi kekhawatiran masyarakat akan kenaikan berat badan yang terjadi setelah memutuskan untuk berhenti merokok. 

"Riset ini menjelaskan kesehatan kita membaik, bahkan jika berat badan bertambah karena berhenti merokok," kata Dietz. Menurutnya, masih banyak orang yang belum memahami hal ini.

Riset dari Swedia juga menemukan berhenti merokok adalah hal terbaik yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes untuk mengurangi risiko kematian dini.

Faktanya, nikotin dalam rokok memang dapat menekan nafsu makan dan meningkatkan metabolisme. Karenanya orang yang berhenti merokok namun tidak meningkatkan aktivitas olahraga mengalami peningkatan nafsu makan dan pertambahan berat badan. 

Mereka biasanya mengalami rata-rata kenaikan berat badan kurang dari 4,5 kilogram. Tapi, dalam beberapa kasus kenaikan berat badan tersebut terjadi hingga tiga kali lipatnya. 

Kenaikan berat badan merupakan bentuk paling umum dari penyebab diabetes, penyakit di mana kadar gula darah lebih tinggi dari biasanya. 

Diabetes dapat menyebabkan masalah termasuk kebutaan, kerusakan saraf, penyakit jantung dan ginjal serta aliran darah menuju kaki yang buruk.

Dalam penelitian di AS, para peneliti menganalisis lebih dari 170.000 pria dan wanita selama sekitar 20 tahun.

Periset juga memberi kuesioner kesehatan pada para peserta setiap dua tahun. Orang yang terdaftar dalam penelitian adalah mereka yang saat ini tidak termasuk menjadi bagian dari perokok. 

Peserta juga memiliki penghasilan rendah, berpendidikan rendah dan lebih mungkin untuk merokok berat. 

Peneliti mencoba menganalisis peserta penelitian yang berhenti merokok dan mengalami pertambahan berat badan, untuk mengetahui apakah mereka mengalami diabetes, penyakit jantung atau kondisi lainnya. 

Hasil riset menemukan, mereka yang berhenti merokok mengalami peningkatan risiko diabetes sebesar 22% setelah enam tahun berhenti merokok. Namun, periset mengatakan ini adalah prosentase peningkatan yang ringan dalam risiko diabetes. 

"Riset sebelumnya menunjukkan orang yang berhenti merokok memiliki risiko diabetes yang lebih tinggi," kata Dr. Qi Sun, salah satu peneliti di Brigham and Women’s Hospital yang berafiliasi dengan Harvard. Meski begitu, ia memaparkan jika risiko tersebut tidak terus-terusan dan tidak menyebabkan orang lebih cepat mati dibanding risiko para perokok. 

"Terlepas dari jumlah kenaikan berat badan, mereka yang berhenti merokok selalu memiliki risiko kematian yang lebih rendah," tambahnya. (Ariska Puspita Anggraini)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berbahayakah Berat Badan Naik Usai Berhenti Merokok?"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×