kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Beleid tambang membuat harga nikel memanas


Minggu, 12 Januari 2014 / 15:17 WIB
Beleid tambang membuat harga nikel memanas
ILUSTRASI. Sepanjang tahun 2022 berjalan, transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah mengungguli transaksi pada tahun sebelumnya. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Adanya kebijakan larangan ekspor mineral mentah rupanya telah berhasil menopang harga nikel. Di London Metal Exchange (LME) sampai Jumat (10/1) pekan lalu, harga nikel untuk kontrak pengiriman tiga bulan ke depan menguat sebesar 3,22% menjadi US$ 13.860 per metrik ton.

Sedangkan dalam perdagangan lima sesi terakhir mulai 6 Januari lalu, harga nikel sudah naik 2,21%. Harga nikel juga naik selama tiga bulan di London setelah adanya laporan Indonesia menahan pengiriman ke China, setelah adanya pelarangan ekspor mineral mentah.

Secara resmi Indonesia mengumumkan pelarangan ekspor mineral mentah mulai hari ini, (12/1). Kebijakan ini menimbulkan sinyalemen akan meningkatnya permintaan di China yang merupakan negara konsumen mineral logam terbesar dunia.

"Impor China terhadap material mentah untuk industri akan meningkat," kata Michael Turek, direktur senior Newedge USA LLC di Newyork seperti dilansir Bloomberg. David Wilson, direktur riset dan strategi mineral logam Citigroup Inc di London bilang, sekitar 60% dari cadangan mineral mentah nikel Indonesia dijual ke China.

Alhasil, adanya kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah itu berpotensi menjadi faktor penggerak kenaikan harga pasar nikel. Sementara itu, analis Philip Futures, Juni Sutikno menjelaskan, pergerakan harga nikel selama ini terus turun, sama seperti produk komoditas lainnya yang juga tengah mengalami penurunan harga.

Sejak 15 Desember lalu, harga nikel tertekan dan hanya bergerak di kisaran US$ 13.000 per metrik ton. Pelemahan yang terjadi pada harga nikel sebelum diberlakukannya pelarangan ekspor karena rilisnya sejumlah data ekonomi Amerika yang bagus sehingga sanggup membuat dollar menguat.

Disisi lain, adanya penurunan neraca perdagangan dan ekspor-impor Cina membuat permintaan berkurang. Sedangkan untuk ke depannya, Juni menjelaskan, harga nikel akan kembali naik dengan adanya pemulihan ekonomi global yang akan meningkatkan permintaan.

Selain itu, dalam jangka panjang, pelarangan ekspor mineral mentah di Indonesia akan bisa meningkatkan harga nikel. "Pelarangan ekspor mineral bisa menaikkan harga, juga melindungi harga karena suplai global akan berkurang," kata Juni.

Namun secara teknikal, menurut Juni, harga nikel masih menunjukkan tren bearish. Harga mungkin akan kembali jatuh dengan pergerakan harga yang masih di bawah moving average (50). Relative strength index (RSI) bergerak turun dari level 69 hingga mencapai level 28 pada Jumat (10/1) sore kemarin.

Stochastic juga bergerak turun di level 9 dan sudah memasuki area oversold yang menunjukkan potensi bearish masih ada. Sehingga untuk harga sepekan ke depan, Juni memproyeksi harga akan berada di kisaran US$ 13.105 - US$ 14.909,40 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×