kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Belanja iklan tumbuh, prospek SCMA cerah


Kamis, 18 Februari 2016 / 08:17 WIB
Belanja iklan tumbuh, prospek SCMA cerah


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Bisnis media tahun ini diperkirakan lebih cerah seiring optimisme perbaikan ekonomi Indonesia. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) menjadi salah satu emiten media yang turut merasakan dampak positif ini.

Bagus Permadi, analis NH Korindo Securities Indonesia, bilang, operator stasiun televisi SCTV itu memiliki profitabilitas yang baik ketimbang pesaing lain, baik lokal maupun asing. Ini merupakan hasil integrasi bisnis yang dilakukan secara vertikal oleh perseroan.

"Bukan hanya jangka pendek, strategi ini juga membuat profitabilitas SCMA lebih superior di masa mendatang," ujar Bagus, Rabu (17/2).

Salah satu cara menjaga profitabilitas adalah menambah kapasitas produksi konten. Terbaru, SCMA mendirikan PT Indonesia Entertainment Group (IEG) yang fokus pada pengembangan perpustakaan digital.

Langkah ini bakal menambah sumber pendapatan baru bagi SCMA. Bisnis konten juga berguna sebagai penetralisir ketika pemasukan iklan tengah menurun. Apalagi, tren itu sudah terlihat.

Belakangan, tren periklanan mulai bergeser, dari yang sebelumnya menggunakan media televisi, kini banyak yang menggunakan media pengiklan online dan mobile advertising. Outlook ekonomi Indonesia tahun 2016 dan tahun depan akan membaik.

Dalam risetnya 28 Januari lalu, analis Buana Capital Teuku Hendry Andrean menilai, belanja iklan berbanding lurus dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) merupakan dua perusahaan yang memiliki anggaran belanja iklan terbesar.

Tahun ini, UNVR diprediksi akan membelanjakan 21,5% dari total pengeluarannya untuk belanja iklan. Sementara belanja iklan MYOR sekitar 12,6%. Bisa dipastikan, SCMA bakal kebagian jatah dari sebagian porsi tersebut.

Hendry melihat, potensi pemasukan SCMA juga didukung dengan strategi produksi secara in house yakni dengan menggunakan rumah produksi dan artis dari perusahaan televisi tersebut.

Strategi in house memberikan hasil yang cukup baik. "Terbukti dengan margin kotor SCMA kuartal III tahun lalu yang sebesar 61,8%, jauh di atas rerata industri yang sebesar 49,6%," jelas Hendry.

Tahun ini, Hendry memprediksi, SCMA bakal mencatat margin kotor dan margin bersih masing-masing 63,2% dan 36%. Sedangkan pendapatan SCMA diprediksi sebesar Rp 4,84 triliun dan laba bersih Rp 1,74 triliun.

Rizky Hidayat, analis Mandiri Sekuritas, dalam riset 16 Februari menambahkan, pendapatan SCMA bisa lebih baik karena manajemen menggunakan pihak ketiga untuk bersaing dengan acara drama RCTI. Hanya saja, ini bisa mengurangi margin.

Tapi, penurunan harga BBM yang diprediksi terjadi pada Maret atau April dan dilanjutkan lagi pada semester II-2016 turut menambah katalis positif bagi perseroan ini. Bagus dan Hendry merekomendasikan buy SCMA dengan target harga masing-masing Rp 3.750 dan Rp 3.465 per saham.

Sedangkan Rizky merekomendasikan neutral dengan target Rp 3.000 per saham. Kemarin (17/2), harga saham SCMA senilai Rp 3.015 per unit atau naik 3,08% dari hari sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×