kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Baturaja sulit merajai pasar semen Sumatera


Selasa, 16 September 2014 / 07:00 WIB
Baturaja sulit merajai pasar semen Sumatera
ILUSTRASI. OPINI - Rio Christiawan - Mengawal Penyelesaian Reklamasi. Beliau adalah Dosen Hukum Bisnis Universitas Mulya


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. PT Semen Batubara Tbk (SMBR) belum mampu meraih kinerja mentereng sejak menggelar penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO) pada pertengahan tahun lalu. Kinerja emiten yang berbasis di Sumatera Selatan (Sumsel) ini terus tertekan akibat perbaikan alat produksi.

Penurunan terbesar terjadi di kuartal II-2014. Volume penjualan semen SMBR anjlok 26% year-on-year (yoy) menjadi 226.000 ton. Jika dihitung sejak awal tahun, volume penjualan turun 3% yoy menjadi 531.000 ton. Ini menyebabkan performa keuangan SMBR tidak semoncer emiten semen lainnya.

Di separuh pertama 2014, penjualan SMBR Rp 502,43 miliar, turun 0,36% secara yoy. Untungnya, strategi efisiensi biaya dan produksi mampu membuat laba bersih SMBR masih tetap naik 0,76% menjadi Rp 123,15 miliar.

Robertus Yanuar Hardy, Analis Reliance Securities, mengatakan, ruang gerak SMBR memacu produksi menjadi sempit lantaran harus merawat mesin pabrik yang sudah uzur. Dalam jangka pendek, perawatan ini tentu memangkas produksi semen sampai akhir tahun 2014. "Ini dampak sementara saja, kami memperkirakan level produksi SMBR akan kembali normal di tahun depan," kata Yanuar, Senin (15/9).

Saat ini, SMBR tengah membangun pabrik baru yaitu Baturaja II. Pabrik ini berkapasitas 1,85 juta ton semen per tahun. SMBR menggelontorkan dana Rp 2,9 triliun dan ditargetkan selesai tahun 2016.
Kehadiran pabrik Baturaja II akan mendongkrak kapasitas produksi SMBR menjadi 3,85 juta ton semen per tahun dari 2 juta ton.

Permintaan turun

Tapi analis melihat, SMBR tidak langsung mencicipi berkah dari ekspansi tersebut. Bahkan, dalam jangka pendek, SMBR akan dibayangi pelambatan pertumbuhan kinerja keuangan.

Menurut Yanuar, terjadi   penurunan permintaan semen khususnya untuk segmen ritel. Wilayah pemasaran SMBR terkonsentrasi di Provinsi Sumsel, Jambi dan Lampung.

Mayoritas warga di tiga provinsi itu mengandalkan pendapatan dari perkebunan minyak sawit mentah (CPO) maupun karet. Masalahnya, sejak 2012, harga jual komoditas itu sedang terpuruk. "Ini memicu perlambatan ekonomi di sana dan akhirnya berpengaruh pada permintaan semen," ungkap Yanuar.

Stanley Liong, Analis Indo Premier Securites dalam riset 23 Juli 2014, menambahkan, SMBR juga dihadapkan pada ancaman kenaikan beban produksi. Salah satu pemicunya adalah keputusan pemerintah menaikkan tarif dasar listrik beberapa waktu lalu. Kenaikan beban produksi dikhawatirkan tak bisa langsung dikompensasi SMBR dengan mengatrol harga jual semen kepada konsumen.

Pasalnya, persaingan yang kian ketat. Stanley memprediksikan, penjualan SMBR hingga akhir 2014 akan turun menjadi Rp 1,11 triliun dari tahun lalu Rp 1,17 triliun. Sedang laba bersih SMBR bisa naik tipis menjadi Rp 330 miliar  dari Rp 312 miliar.

Karena itu, Stanley merekomendasikan, jual dengan target Rp 340. Teguh P. Hartanto, Analis Bahana Securities juga merekomendasikan jual di harga Rp 375 per saham. Dan Yanuar menyarankan, hold di Rp 430. Senin (15/9), harga SMBR stagnan di Rp 400.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×