kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banjir jatuh tempo obligasi korporasi


Jumat, 06 Oktober 2017 / 10:59 WIB
Banjir jatuh tempo obligasi korporasi


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang akhir tahun 2017, obligasi korporasi yang bakal jatuh tempo kembali marak. Berdsarkan data Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), jumlah obligasi korporasi yang jatuh tempo pada periode Oktober-Desember 2017 mencapai Rp 26,6 triliun dari 30 perusahaan.

Nilai tersebut naik lima kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun 2016 lalu. Asal tahu saja, pada kuartal IV-2016, surat utang korporasi jatuh tempo hanya sebesar Rp 5,1 triliun.

Ekonom Pefindo Ahmad Mikail mengatakan, banyaknya obligasi jatuh tempo di akhir tahun ini membuat tingkat likuiditas pada pasar keuangan menggemuk. "Hal tersebut bisa diukur dari loan to deposit ratio (LDR) perbankan yang cenderung turun serta suku bunga antarbank yang juga mulai menyusut," kata dia, Rabu (4/10).

Tak ayal, penerbitan obligasi korporasi di periode Oktober-Desember 2017 kian semarak, lantaran perusahaan butuh melakukan refinancing. Keinginan perusahaan menebar surat utang pun semakin kuat karena permintaannya cukup banyak.

Mikail menjelaskan, obligasi korporasi akan menjadi instrumen investasi yang banyak diburu investor. Maklum saja, kupon obligasi saat ini masih terbilang cukup tinggi. "Obligasi dengan rating AAA masih menawarkan kupon sebesar 7,5% untuk tenor lima tahun," jelas dia.

Pasar obligasi korporasi dalam negeri juga tengah mendapat sentimen positif. Salah satunya, inflasi dalam negeri sesuai prediksi pengamat. Dengan demikian, pelaku pasar menilai suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7-day reverse repo rate berpotensi kembali dipangkas.

"Untuk tahun depan inflasi kemungkinan lebih rendah karena harga komoditas energi cenderung turun," kata Mikail menganalisa. Hal ini membuat BI berkemungkinan melanjutkan kebijakan easy monetary policy.

Selain itu, rencana BI menerbitkan aturan financing to finance ratio (FFR) juga bakal mengerek obligasi korporasi. Dengan aturan ini, likuiditas yang ada di perbankan dapat diserap melalui pembelian obligasi korporasi. Otomatis, pasar obligasi korporasi menjadi lebih likuid.

Saat ini, obligasi korporasi yang menarik dikoleksi investor adalah obligasi yang memiliki tenor menengah dan panjang karena harga yang masih relatif murah.

Bagi investor yang ingin mendapatkan imbal hasil maksimal, bisa memilih obligasi korporasi jangka pendek dan menengah, seperti medium term notes (MTN) dan obligasi bertenor lima tahun, ketimbang deposito. "Karena return obligasi masih lebih baik dibanding deposito," terang Mikail.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×