kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Astra evaluasi dampak PPh impor terhadap operasional


Rabu, 19 September 2018 / 17:01 WIB
Astra evaluasi dampak PPh impor terhadap operasional
ILUSTRASI. Produksi Daihatsu Sigra di pabrik Astra Daihatsu Motor, Karawang


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah menerbitkan aturan pajak penghasilan (PPh) pasal 22 terhadap 1.147 barang impor untuk mengurangi tekanan dollar AS atas rupiah.

Kebijakan tersebut turut berpengaruh terhadap kinerja PT Astra International Tbk (ASII).

Head of Investor Relations ASII Tira Ardianti saat dihubungi kontan.co.id menerangkan bahwa masih ada porsi yang diimpor secara tak langsung dari luar.

"Dampak memang masih dihitung. Namun, kalau kita lihat pabrik otomotif di Indonesia, termasuk pabrik grup Astra, tetap ada eksposure karena masih ada material atau komponen yang diimpor langsung maupun tidak langsung dari perusahaan komponen untuk in house production mereka di Indonesia yang kemudian di pasok bagi APM," imbuhnya, Rabu (19/9).

Ia bilang secara tidak langsung akan ada dampak di situ karena dari kandungan lokal yang diperoleh dari pemasok lokal tersebut tetap ada unsur impor pada produk mereka, sehingga jika pelemahan rupiah berlanjut, mereka pun harus menyesuaikan harga bagi bahan baku otomotif tersebut," terangnya.

Namun, Tira mengungkapkan bahwa sebenarnya sejumlah produk pabrikan otomotif Astra di Indonesia sudah memiliki kandungan lokal yang tinggi.

"Misalkan mobil tipe Low MPV seperti Avanza dan Xenia atau Medium SUV seperti Rush dan Terios, kandungan lokalnya sudah sekitar 90%," ungkapnya.

Walaupun demikian, pihak Astra tetap harus menyiapkan strategi untuk menghadapi dampak kenaikan tarif PPh impor.

Mengenai hal ini, Tira bilang pihaknya masih melakukan evaluasi. "Tiap unit bisnis bisa berbeda, tapi saya belum bisa pastikan mana yang terdampak PPh impor dan mana yang tidak," tambahnya.

Lalu terkait prospek kinerja di akhir tahun ini, ia juga belum bisa memberikan penjelasan secara rinci soal target pendapatan dan laba bersih.

"Kami tidak bisa berikan guidance angkanya akan berapa, Insya Allah bisa lebih baik tahun ini, didukung dengan harga batubara yang masih tinggi," pungkasnya.

Sekadar info, ASII mencatatkan kinerja cukup baik di sepanjang semester I 2018. Pada periode tersebut, ASII berhasil membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 112,5 triliun. Pendapatan tersebut naik 15% dibandingkan dengan pendapatan perusahaan di sepanjang semester I-2017 yakni sebesar Rp 98,03 triliun.

Sementara itu, laba bersih perusahaan ini di sepanjang semester I-2018 mencapai Rp 10,38 triliun. Laba ini naik 11% dibandingkan periode sama tahun lalu yang senilai Rp 9,34 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×