kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asing mengakumulasi SUN Rp 5,25 triliun sepanjang Juli


Jumat, 13 Juli 2018 / 08:15 WIB
Asing mengakumulasi SUN Rp 5,25 triliun sepanjang Juli
ILUSTRASI. Uang dollar AS


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau masih rentan terhadap berbagai tekanan, investor asing mulai kembali melirik pasar obligasi Indonesia. Ini terwujud oleh arus asing yang kembali masuk sepanjang Juli.

Mengutip data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, per 11 Juli 2018, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 835,42 triliun. Artinya, sepanjang Juli, dana asing yang masuk mencapai Rp 5,25 triliun. Mengingat porsi asing di akhir Juni lalu hanya sebesar Rp 830,17 triliun.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan, volatilitas rupiah yang masih tinggi tetap menjadi hal yang dikhawatirkan oleh investor asing. Namun, jarak dua bulan sebelum finalisasi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat pada September nanti dapat menjadi celah yang menguntungkan bagi pasar obligasi domestik.

Menurut Made, kini investor asing sedang memanfaatkan momen tersebut untuk kembali berburu aset investasi di negara emerging market, termasuk Indonesia. "Mumpung September masih lama, ini jadi kesempatan bagi investor asing untuk mencari instrumen dengan yield yang tinggi," kata dia, Kamis (12/7).

Senada, Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga menuturkan, investor asing masuk ke pasar obligasi dalam negeri secara perlahan karena memanfaatkan posisi harga surat utang negara (SUN) yang sudah tergolong murah, sedangkan yield sudah cukup tinggi.

Ditambah lagi, yield US Treasury akhir-akhir ini cenderung stabil di bawah level 3%. "Spread yield SUN Indonesia dan AS sudah cukup lebar, sehingga membuat investor asing tertarik," tambah Desmon.

Sebagai catatan, kemarin, yield SUN seri acuan tenor 10 tahun bertengger di level 7,46%. Di saat yang sama, yield US Treasury tenor 10 tahun berada di posisi 2,85%. Artinya, spread kedua surat utang tersebut mencapai 461 basis poin (bps).

Menurut Made, karena spread antara yield SUN 10 tahun dan US Treasury dengan tenor yang sama tergolong lebar, tak heran banyak investor asing yang akhir-akhir ini mengoleksi SUN berdurasi 10-15 tahun.

Jangka pendek

Kendati demikian, Made menilai, tren aksi beli investor asing di pasar obligasi Indonesia hanya berlangsung dalam waktu jangka pendek saja. Sebab, masih banyak sentimen negatif yang membuat investor asing ragu untuk berinvestasi pada aset di negara emerging market.

Salah satunya adalah konflik perang dagang yang melibatkan AS, China dan sejumlah negara besar lainnya. Konflik ini terlalu berlarut-larut dan sulit diprediksi perkembangannya. Ketidakpastian tersebut membuat rupiah bergerak sangat volatil.

Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS juga masih menjadi perhatian utama investor asing di pasar obligasi Indonesia.

Desmon menambahkan, andaikata The Federal Reserve hanya menaikkan suku bunga acuan tiga kali di tahun ini, besar kemungkinan investor asing tidak tergiur untuk keluar dari pasar obligasi dalam negeri.

Namun, faktanya The Fed lebih memilih kebijakan suku bunga acuan yang lebih agresif. "Kalau Fed fund rate naik sampai empat kali, berat bagi Indonesia untuk menahan investor asing keluar dari pasar obligasi," ungkap Desmon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×