kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arthavest (ARTA) buka opsi right issue untuk ekspansi bisnis


Rabu, 09 Januari 2019 / 20:56 WIB
Arthavest (ARTA) buka opsi right issue untuk ekspansi bisnis


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Arthavest Tbk  tengah menyiapkan strategi sumber pembiayaan untuk mewujudkan rencana melakukan diversifikasi bisnis pada 2020. Sebab emiten dengan kode saham ARTA ini berencana mendiversifikasi bisnisnya ke sektor industri keuangan, khususnay di bidang digital signature dalam empat tahun ke depan. 

Langkah pertama yang akan ditempuh ARTA adalah akan melakukan right issue di 2020. Untuk diversifikasi bisnis tersebut, ARTA memperkirakan kebutuhan dana perusahaan hingga 2022 sebesar Rp 80 miliar.

Dengan rincian, Rp 50 miliar untuk memenuhi kebutuhan belanja modal PT Sentral Pembayaran Indonesia (SPIN), sedangkan Rp 30 miliar untuk memenuhi kebutuhan anak usaha SPIN yakni PT Solusi Net Internusa (SNI) dalam mengembangkan bisnis digital signature.

"Pilihannya (sumber pendanaan) bisa right issue, pendanaan perbankan atau mengandalkan dividen anak usaha," kata Direktur Utama ARTA Yeremy Vincentius, Rabu (9/1).

Sampai saat ini, sumber pendapatan ARTA hampir 100% berasal dari bisnis perhotelan, di mana ke depan perusahaan berharap kontribusi bisnis industri jasa keuangan terhadap pendapatan perusahaan itu bisa lebih dari 50%.

"Opsi pertama kita lebih dari dividen anak perusahaan, karena Rp 80 miliar itu enggak akan langsung kita gelontorkan (tahun ini), tapi pelan pelan. Harapannya, itu akan rotasi sendiri," jelasnya.

Opsi kedua yang memungkinkan dipilih perusahaan itu untuk memenuhi kebutuhan pendanaan, yakni lewat right issue. Hanya saja, kemungkinan tersebut belum akan dilakukan tahun ini, mengingat kemampuan dividen anak usaha diklaim masih mencukupi.

"Karena (kebutuhan belanja modal) bertahap, tahun ini kita perkirakan investasinya enggak sebesar itu, mungkin di 2020 baru mulai besar, sehingga peluang right issue baru di 2020 atau 2021," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×