kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Argha Karya anggarkan capex 2018 sebesar US$ 5 juta


Jumat, 16 Maret 2018 / 16:54 WIB
Argha Karya anggarkan capex 2018 sebesar US$ 5 juta
ILUSTRASI. Argha Karya Prima Industry


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Argha Karya Prima Industry Tbk menyiapkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) sebanyak US$ 5 juta pada tahun ini. Produsen kemasan fleksibel ini berencana menambah 1 unit mesin metalizing.

Direktur Keuangan PT Argha Karya Prima Industry Tbk Jimmy Tjahjanto mengatakan, sumber dana capex berasal dari internal dan pinjaman bank. "Tahun ini Kami melihat segmen metalizing akan bertumbuh," katanya kepada KONTAN, Jumat (16/3).

Menurut laporan paparan publik perseroan, capex akan digunakan untuk meningkatkan produk premium yang memberikan kontribusi margin lebih baik. Diharapkan pada semester kedua 2018, mesin metalizing tersebut sudah dapat beroperasi secara komersial.

Tahun lalu, Argha Karya telah menggunakan capex untuk membeli dua unit mesin small slitter untuk mendukung mesin slitter yang sudah ada, dan meningkatkan kapasitas mesin slitter secara keseluruhan. Hal itu dilakukan guna meningkatkan penjualan produk premium.

Perusahaan berkode saham AKPI ini akan tetap mencoba menyasar segmen kemasan produk premium pada tahun ini. Produk premium seperti perusahaan rokok dan metalizing. "Kami targetkan tahun ini dapat meraih laba sekitar Rp 50 miliar dan penjualan sekitar Rp 2,2 triliun," jelas Jimmy.

Hingga kuartal III-2017, AKPI tercatat membukukan penjualan senilai Rp 1,54 triliun, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,57 trilliun. Sedangkan, laba bersih sebesar Rp 15 miliar atau turun 63,41% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 41 miliar.

Manajemen AKPI menyebut, penurunan itu diakibatkan persaingan ketat, baik di pasar domestik maupun impor, dan daya beli masyarakat yang cenderung menurun pada tahun lalu. Selain juga terjadi kenaikan harga beli bahan baku. Konsumen hanya membeli barang sesuai kebutuhan produksi dan mengurangi stok barang di gudang. Sebagai akibatnya, harga jual menjadi sangat kompetitif di pasaran.

Jimmy menjelaskan pada dasarnya harga jual produk tergantung dari harga raw material. "Saat ini harga raw material sudah cukup stabil, walaupun pada Januari dan Februari cenderung naik," paparnya.

Saat ini, AKPI punya pabrik di Citereup, Bogor. Perusahaan memproduksi kemasan fleksibel berupa biaxially oriented poly proopylene (BOPP) film dan polyester (PET) film. Total kapasitas 100.000 ton plastik kemasan per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×