Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Standard Chartered Bank akan mendivestasi sahamnya di PT Bank Permata Tbk (BNLI). Standchart berpotensi menjual 5,29 miliar saham atau setara 44,56% kepemilikannya di Permata. Adapun, penjualan tersebut diberi harga US$ 638 juta.
Kabarnya, PT Astra International Tbk (ASII) akan mencaplok saham divestasi Standchart. Sekadar informasi, Standchart dan ASII masing-masing memeluk 44,56% kepemilikan di Permata. Namun pihak ASII enggan bercerita tentang aksi tersebut.
"Sejauh ini belum ada informasi dari Astra. Kami juga tidak bisa berkomentar atas nama joint venture partner kita," ucap Iwan Hadiantoro, Chief Group Treasury & Investor Relation ASII, kepada KONTAN, Senin (19/1).
Kepala Riset Woori Korindo Securitis Reza Priyambada menilai bahwa penjualan saham BNLI oleh Strandchart tersebut dilakukan di bawah harga pasar. Ia menghitung, Standchart membanderol BNLI dengan harga Rp 1.445 per saham. Sedangkan, harga BNLI saat ini adalah Rp 1.550 per saham.
"Standchart jual di harga diskon, kalau dibanding harga pasarnya saat ini," ujar Reza.
Dus, ia menyebut saham BNLI terbilang murah dibanding bank sekelasnya. Menurut Reza, Price Book Value (PBV) BNLI yakni 1,1x. Sedangkan PBV bank lain dengan aset yang hampir sama Permata yaitu PT Bank Danamon Tbk (BDMN) adalah 1,36x dan PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) 1,12x.
Analis Reliance Securities Jasa Adi Mulya menyatakan bahwa Standchart melepas saham Permata karena ingin mengurangi operasinya di Asia. Ia bilang, Standchart sudah untung besar dengan memegang saham di Permata sejak tahun 2004.
"Mungkin mereka merasa sudah waktunya keluar," ucapnya.
Namun, Reza melihat bahwa Astra belum memiliki pengalaman di sektor perbankan. Bahkan, Permata merupakan bank pertama yang Astra punya meski bersama dengan Standchart. Meski begitu, ia berharap Permata mampu lebih giat berekspansi jika Astra memegang kepemilikan mayoritas di sana.
Ia memperkirakan, kredit BNLI akan tumbuh sekitar 10%-12% tahun ini. Namun ia tak terlalu merekomendasikan saham BNLI karena sahamnya yang tak likuid. Padahal, kapitalisasi pasarnya cukup besar Rp 18,24 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News