kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Jagung masih jadi tantangan JPFA & CPIN


Kamis, 17 Agustus 2017 / 19:21 WIB
Analis: Jagung masih jadi tantangan JPFA & CPIN


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - Emiten sektor poultry masih menghadapi sejumlah tantangan pada tahun ini. Salah satunya, terkait harga dan pasokan jagung, yang merupakan komponen besar dalam operasional bisnis poultry.

Harga Jagung di Chicago Board of Trade (CBOT), Kamis (17/8), bergerak naik 0,07% menjadi US$ 366,75 per gantang. Sebelumnya, tiga hari berturut-turut, harga jagung di CBOT turun hingga ke posisi US$ 364,00 per Rabu (16/8).

Harga jagung lokal pada kuartal II 2017 mencapai Rp 4.061 per kilogram, naik 24% dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 3.271 per kilogram. Tiga bulan terahir, Joni mencatat, harga jagung lokal stabil rata-rata Rp 3.800 per kilogram hingga Rp 4,200 per kilogram.

Joni Wintarja, analis NH Korindo Sekuritas dalam riset, menyebutkan, pergerakan harga jagung tentu berpengaruh terhadap kinerja emiten poultry, seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), mengingat jagung punya andil yang cukup besar dalam operasional perusahaan.

“Ambil JPFA sebagai contoh, 70% operating profit itu berasal dari pakan ternak,” tuturnya Rabu (16/8).

Secara umum, Joni menilai, beban bahan baku jagung berkisar 40%-60%. Besar beban ini selanjutnya ditentukan oleh usia dan jenis ternak yang dikembangkan.

Dari sudut makro, pakan ternak juga mengambil porsi besar. Dari seluruh produksi jagung nasional, pakan ternak mengambil porsi lebih dari 50%. “Jadi produksi jagung nasional itu hampir keseluruhan di serap pakan ternak. Itu kan ekosistemnya panjang, jadi otomatis bagian sisi hulu harus terkoordinir dengan baik,” papar Joni.

Saat ini, Joni melihat salah satu tantangan bagi emiten poultry adalah ketersediaan jagung yang tidak konstan. Mengingat Indonesia memiliki dua musim, maka emiten harus bisa beradaptasi dan menyiapkan sistem inventori yang baik.

Analis BCA Sekuritas Johanes Prasetia dalam riset 1 Agustus 2017 menyatakan, ketersediaan jagung lokal sebagai bahan baku utama dalam bisnis pakan masih penuh tantangan. Hal ini berpengaruh baik terhadap PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) maupun bagi perusahaan poultry lain.

“Kami melihat kemungkinan culling (seleksi) jika ada kelebihan pasokan DOC di pasaran,” ujar Johanes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×