kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Investor harus selektif jika ingin masuk emiten pelat merah


Kamis, 09 Agustus 2018 / 17:00 WIB
Analis: Investor harus selektif jika ingin masuk emiten pelat merah
ILUSTRASI. ilustrasi pergerakan saham


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Agung Jatmiko

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hampir semua emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak usaha BUMN sudah merilis kinerja keuangan per semester satu tahun ini.

Nah, sudah jadi semacam rahasia umum di pasar, kalau ingin mengincar dividen, masuklah ke saham emiten pelat merah. Pemerintah selalu berusaha mengeruk dividen sebesar-besarnya dari perusahaan pelat merah. Dividen ini tentu akan terkait besar laba bersih emiten.

Sebut saja emiten WSKT yang mencatat laba di semster I tahun 2017 sebesar Rp 1,28 trilyun. Dan meningkat 133% menjadi Rp 2,99 triliun pada tahun 2018. Tak hanya itu, ada juga WIKA yang mencatat laba Rp 453,40 miliar pada tahun 2017 dan pada tahun 2018 meningkat 39,50% jadi Rp 635,52 miliar.

Selain perusahaan konstruksi, perbankan seperti BMRI pun mencatat laba yang naik signifikan. Pada tahun 2017 laba tercatat Rp 9,46 triliun, naik 28,70% menjadi Rp 12,17 triliun.

Corporate Secretary Waskita, Shastia Hardiati menyebut peningkatan laba Waskita masih didorong oleh kinerja operasional dan peningkatan kinerja dari anak perusahaan. "Kalau kinerja kami optimis," ujar Shastia kepada KONTAN, Kamis (9/8).

Sampai akhir tahun Waskita berharap kinerja akan semakin membaik dengan target laba meningkat sekitar 10% dari kinerja tahun lalu. Sementara bicara soal dividen, Shastia bilang pembagiannya akan ditentukan oleh pemegang saham pada saat RUPST nanti.

Kepala Riset MNC Sekuritas, Edwin Sebayang menilai bahwa harus selektif masuk ke emiten pelat merah. Seperti sektor konstruksi yang tahun 2019 diprediksi tidak akan cenderung meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan sektor logam, telekomunikasi, consumer akan kembali lagi. Dibanding sektor korporasi yang flat, transportasi pun tak disarankan Edwin untuk dilirik pasar.

"Emiten BUMN berbasis komoditas bagus, dan harus selektif. Kalau logam ya, transportasi seperti Garuda tidak. Konstruksi bagu seperti Adhi Karya, PT PP, dan Waskita kalau cepat divestasi," ungkapnya.

Edwin memperkirakan harga saham beberapa emiten BUMN lain sebagai berikut; BBNI Rp 9.350, JSMR Rp 5.656 (sell), TLKM Rp 4.100, BBRI 3.730, TINS Rp 1.325, ANTM Rp 1.200.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×