kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Emiten dengan utang dollar AS tak harus dihindari


Senin, 21 Mei 2018 / 20:46 WIB
Analis: Emiten dengan utang dollar AS tak harus dihindari
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dollar AS terus menunjukkan keperkasaannya terhadap rupiah. Hal ini akan berimbas pada emiten yang memiliki utang berdominasi dollar. Seperti, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang memiliki utang obligasi dollar sebesar US$ 863 juta. Sementara total pinjaman MEDC per kuartal I-2018 sebesar US$ 1,27 miliar.

Tak cuma MEDC, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) juga memiliki utang usaha dalam dollar AS sebesar US$ 53,9 juta.

Valdy Kurniawan, analis Phintraco Sekuritas, mengatakan risiko utama dari penguatan dollar AS adalah risiko gagal bayar utang-utang valas emiten. Menurutnya, saat ini, akan lebih tepat bagi emiten melakukan lindung nilai (hedging). "Tapi, restrukturisasi utang dan permodalan juga bisa jadi solusi untuk jangka panjang," katanya, Senin (21/5).

Meski demikian, saat ini, mencari pendanaan berdenominasi dollar AS cukup berisiko bagi perusahaan. Namun, kembali lagi pada kebutuhan pendanaan, tujuan penggunaan dana. "Dan yang terpenting kembali pada kondisi keuangan tiap-tiap perusahaan," imbuh Valdy.

Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas menyebut, aksi korporasi yang baru-baru ini dilakukan MEDC, berupa penerbitan obligasi senilai US$ 500 juta, merupakan cara positif. Sebab, hasilnya digunakan untuk merestrukturisasi utang sehingga masih ada komitmen dari perusahaan untuk melunasi utangnya.

Namun, kata Nafan, di tengah nilai tukar rupiah yang semakin melemah, manajemen pencegahan krisis berupa hedging paling lazim dilakukan oleh emiten. Menurutnya, mitigasi risiko saat ini sudah lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dengan adanya pembatasan debt to equity ratio (DER) bagi emiten yang akan mengajukan utang.

Bagi investor, kata Nafan, tak lantas harus menghindari emiten-emiten yang memiliki utang dollar. Investor juga harus melihat prospek perusahaan ke depan. Jika fundamentalnya baik dan positif, bisa menjadi nilai tambah bagi emiten.

"Hedging juga suatu tindak good corporate governance (GCG). Sehingga, emiten yang hedging artinya antisipasinya bagus," imbuhnya, Senin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×