kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Asing keluar dari pasar Asia Tenggara, masih wajar


Rabu, 18 April 2018 / 21:06 WIB
Analis: Asing keluar dari pasar Asia Tenggara, masih wajar
ILUSTRASI. Bursa Asia


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar keuangan Manila tampaknya tak sanggup menahan gejolak isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Akibatnya, Selasa (17/4) kapitalisasi saham Filipina anjlok. Indeks Bursa Efek Filipina pun tumbang 2,3%, pada perdagangan kemarin, sekaligus yang terendah sejak Mei 2017.

Berdasarkan laporan Bloomberg, sejak akhir 2017 hingga kemarin, indeks saham Manila telah merosot 10%. Kondisi tersebut diperparah dengan meningkatnya inflasi, pelemahan mata uang peso akibat isu perang dagang AS-China, sehingga kehati-hatian investor meningkat terhadap salah satu pasar termahal di kawasan Asia Tenggara itu.

“Kami melihat potensi lebih banyak aksi jual, karena belanja konsumen dikhawatirkan bakal tertekan akibat pelemahan peso dan inflasi yang tinggi,” kata Kepala Strategi Pasar BDO Unibank, Jonathan Ravelas, Rabu (18/4).

Sementara, analis Royal Investium Sekuritas Wijen Ponthus menilai, kondisi tersebut sebagai hal wajar. Meskipun kontroversial, kebijakan Presiden AS Donald Trump dianggap membawa perbaikan, sehingga wajar jika dana asing kembali ke Amerika.

Meskipun begitu, dana asing tetap memiliki batasan minimum investasi di Asia Tenggara, sehingga tidak mungkin jika investor asing menarik seluruh asetnya dari pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Yield investasi di Asia Tenggara atau negara berkembang jauh lebih tinggi dari Amerika. Tentunya, appetite untuk berinvestasi di kita tetap ada,” kata Wijen kepada KONTAN, Rabu (18/4).

Di sisi lain, Wijen melihat adanya potensi investor asing yang mulai mengurangi portofolionya di Indonesia. Ini lantaran, adanya risiko politik sepanjang 2018 hingga 2019 mendatang, yang diperkirakan bakal terus meningkat.

“Pasar kita bukannya tidak menarik, tapi saat ini kurang ‘seksi’ saja,” jelasnya.

Sepanjang tahun politik, sudah menjadi kebiasaan investor asing untuk mengurangi posisi portofolionya demi mengurangi risiko politik. “Bukan berarti ekonomi Indonesia sama sekali tidak menarik, tapi sudah kebiasaan asing. Setelah 2019, investor asing akan gila-gilaan masuk ke Indonesia,” prediksi Wijen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×