kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Anak usaha BUMN jauh dari monopoli


Senin, 14 Agustus 2017 / 22:14 WIB
Analis: Anak usaha BUMN jauh dari monopoli


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Sejumlah emiten pelat merah belakangan ini ramai-ramai membentuk entitas usaha baru. Bahkan, tak sedikit entitas barunya tersebut menyasar bisnis yang digarap sektor swasta.

Kendati demikian, Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman menilai, hal ini masih jauh dari potensi monopoli. Justru di sinilah peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dirasa sangat penting. Komisi tersebut memiliki tugas besar untuk menjadi wasit dalam dunia bisnis agar tidak ada persaingan tak sehat.

Selain itu, regulasi yang diterbitkan juga dinilai masih mampu membatasi potensi monopoli tersebut. Seperti di sektor infrastruktur misalnya.

Sekarang sedang disiapkan oleh pemerintah suatu aturan bahwa untuk proyek yang nilainya di bawah Rp 100 miliar akan diserahkan ke pihak swasta. Jadi BUMN berikut anak usahanya akan fokus untuk nilai proyek di atas Rp 100 miliar.

"Bilamana ada pihak swasta yang akan menggarap proyek di atas Rp 100 miliar maka harus memiliki permodalan yang kuat," jelas Norico kepada KONTAN, Senin (14/8).

Norico menambahkan, justru persaingan itu dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dan harga yang lebih terjangkau kepada para konsumen.

Anak usaha yang dibentuk juga bisa memberikan dampak positif bagi induknya ke depan. Bagi emiten pelat merah yang membangun anak perusahaan juga bisa menciptakan value creation.

"Sehingga, ini berdampak positif terhadap apresiasi harga sahamnya," ujar Norico.

Tapi, tidak bisa juga asal membentuk anak usaha. Norico bilang, ada baiknya anak usaha barunya itu masih memiliki bisnis yang terkait dengan bisnis inti induk usahanya.

Jangan sampai nanti ketika kinerja anak usaha non-bisnis inti sedang menurun justru menggeregoti performa bisnis inti di kemudian hari.

"Apabila swasta ataupun BUMN dan anak usahanya tidak efisien maka akan tersisih dari pasar. Sebagai contoh dulu ada perusahaan penerbangan BUMN, PT Merpati Nusantara yang sekarang sudah tersisih dari perusahaan penerbangan swasta yang lebih efisien," tutur Norico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×