kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Alumunium naik 0,46% ke US$ 1.746 per metrik ton


Kamis, 28 Mei 2015 / 18:23 WIB
ILUSTRASI. Penjualan mobil baru pada pusat perbelanjaan di Jakarta, Kamis (14/12/2023). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja perusahaan pembiayaan dalam tren yang positif, terlihat dari penyaluran pembiayaan yang mengalami pertumbuhan piutang?sebesar 15,02% secara tahunan menjadi Rp 463,12 triliun pada Oktober 2023.?(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Dina Farisah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga aluminium terjungkal menuju penurunan bulanan terbesar dalam lebih dari dua tahun. Kondisi ini lantaran pelaku pasar masih wait and see menanti data ekonomi AS.

Mengutip Bloomberg, Kamis (28/5) pukul 15.00, pengiriman aluminium tiga bulan di London Metal Exchange berada di level US$ 1.746 per metrik ton. Harga sedikit naik (rebound) 0,46% dibanding hari sebelumnya.

Rabu (27/5), harga aluminium di tutup di level US$ 1.738 per metrik ton. Ini merupakan level terendah sejak Mei 2005. Sementara dalam sepekan terakhir, harga aluminium menyusut 1,5%.

Saat ini, pelaku pasar tengah menanti pengumuman data klaim pengangguran mingguan AS dan penjualan rumah AS yang akan dipublikasikan pada Kamis malam (28/5). Berdasarkan prediksi, klaim pengangguran AS akan lebih rendah dari periode sebelumnya.

Harga aluminium telah jatuh 9,3% sepanjang bulan Mei. Ini merupakan penurunan bulanan terbesar sejak Oktober 2012. Pada Rabu (27/5), stok aluminium yang dipantau di London Metal Exchange jatuh ke level terendah sejak April 2009.

“Pergerakan harga logam yang kita lihat hari ini benar-benar mengonfirmasi bahwa pemulihan ekonomi akan datang dengan dirilisnya data AS. Ada banyak permintaan dan setiap kali harga menyentuh level rendah, pelaku pasar memandang ini sebagai kesempatan untuk membeli,” kata Michael McCarthy, Kepala strategi pasar CMC Markets Asia Pacific Pty di Sydney.

Ibrahim, analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka mengatakan, rebound-nya aluminium dari level terendah sejak 10 tahun terakhir merupakan hal yang wajar. Kenaikan aluminium terjadi lantaran koreksi dollar AS.

Pada Kamis (28/5) pukul 17.15, indeks dollar turun 0,29% menjadi 97,0860. Meski demikian, Ibrahim menilai kenaikan ini bersifat jangka pendek. Sebab, ada empat faktor yang menghadangi laju aluminium.

Pertama, kata Ibrahim, perlambatan ekonomi global. Sementara perekonomian China tahun ini hanya diprediksi tumbuh 6,8%. Ini menimbulkan kekhawatiran lesunya permintaan aluminium dari penggunan terbesar di dunia tersebut.

Faktor kedua, belitan utang Yunani yang belum kunjung ada penyelesaian turut mengganggu perekonomian Eropa dan global secara umum. Ketiga, semua harga komoditas sedang terpuruk dan belum ada sinyal-sinyal pemulihan sepanjang tahun ini. Faktor keempat, konfirmasi kenaikan suku bunga AS pada tahun ini menjegal harga aluminium.

“Aluminium masih akan jatuh tersungkur karena adanya pengetatan pinjaman margin di bursa oleh pemerintahan China,” imbuh Ibrahim.

Secara teknikal, grafik harian maupun mingguan aluminium mengonfirmasi tren penurunan masih berlangsung. Hal ini tercermin oleh bollinger band dan moving average yang berada 20% di atas bollinger bawah. Moving average convergence divergence (MACD) berada 60% di area positif. Indikator stochastic berada 60% di area negatif. Sementara relative strength index (RSI) masih wait and see menunggu data klaim pengangguran AS dan data perumahan.

Ibrahim memprediksi harga aluminium Jumat (29/5) akan berada di kisaran US$ 1.700-1.750 per metrik ton. Sementara harga aluminium sepekan mendatang diduga terbentang antara US$ 1.670-US$ 1.750 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×