Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga perak terus terkikis seiring dengan menguatnya minat terhadap aset beresiko. Spekulasi kenaikan suku bunga The Fed membayangi harga perak, namun tekanan diprediksi hanya akan terjadi hingga akhir bulan.
Mengutip Bloomberg, Kamis (21/7) pukul 14.00 WIB, kontrak harga perak pengiriman September 2016 di Commodity Exchange tergerus 0,86% ke US$ 19,445 per ons troi. Bahkan, sepekan terakhir sudah anjlok 4,3%.
Analis PT Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto mengatakan, pelemahan perak merupakan imbas dari tingginya keyakinan pelaku pasar akan kenaikan suku bunga The Fed di bulan Desember.
Walau begitu, peluang perak menguat masih terbuka hingga akhir tahun ke posisi US$ 20 - US$ 21 per ons troi. Selain sebagai instrumen spekulasi, permintaan perak untuk komoditas industri berpeluang naik dengan membaiknya ekonomi China.
Bersamaan dengan hal tersebut, Amerika Serikat (AS) dan Eropa memasuki musim libur musim panas sehingga investor terlihat melakukan aksi profit taking terhadap perak.
"Sisi fundamental masih cukup kuat menyokong harga perak," imbuhnya.
Namun Citigroup Inc menduga aksi profit taking ini akan membuat permintaan perak terganggu. "Kami berhati - hati pada setiap optimisme harga perak lebih lanjut pada paruh kedua 2016," papar analis Citigroup Heath Jansen dan David Wilson dalam laporannya, seperti dikutip Bloomberg.
Andri memprediksi tekanan harga perak bisa terjadi hingga pertemuan Federal Open Market Committee tanggal 28 Juli mendatang. Adapun peluang pelemahan menuju US$ 18,5 - US$ 19 per ons troi.
Secara teknikal, harga perak bergerak di bawah MA 50 tetapi di atas MA100 dan MA200. Indikator MACD berada di area positif sementara stochastic dan RSI bergerak netral di sekitar level 50.
Jumat (22/7) Andri memprediksi perak melemah pada rentang US$ 19,2 - US$ 19,5 per ons troi dan US$ 18,7 - US$ 19,7 per ons troi dalam sepekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
