kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

2016: Kilau emas temaram, properti menjadi pilihan


Kamis, 07 Januari 2016 / 07:35 WIB
2016: Kilau emas temaram, properti menjadi pilihan


Reporter: Andri Indradie, Maggie Quesada Sukiwan, Silvana Maya Pratiwi , Tedy Gumilar | Editor: Tri Adi

Banyak orang mengenal Warren Buffet, William J. Ruane, Irving Kahn, atau Walter J. Schloss, tetapi asing dengan guru mereka, yaitu Benjamin Graham. Ekonom, investor profesional, sekaligus “bapak value investing” ini selalu menekankan bahwa seorang investor individual hendaknya selalu bertindak sebagai investor; bukan spekulator. “The individual investor should act consistently as an investor and not as a speculator,” kata sang guru yang lebih akrab dipanggil Ben Graham.

Sebagai investor, Anda harus tahan banting menghadapi perubahan pasar. Pun, toh tak ada satupun yang bisa memprediksi atau memastikan masa depan. Anda seorang investor, maka ambillah keputusan berdasarkan fakta dan putuskanlah berdasarkan analisis logis, ketimbang bersandar pada spekulasi yang penuh risiko.

Anda sudah membaca fakta-fakta 2016 di halaman sebelumnya. Pertanyaan selanjutnya, di keranjang mana sajakah Anda akan membiakkan cuan pada 2016? Apakah tanah dan properti? Ke portofolio komoditas; emas misalnya? Atau, menaruh uang di berbagai instrumen investasi pasar modal dan keuangan seperti saham, reksadana, obligasi, ataupun deposito? (baca halaman 6).

Satu jawaban pasti: semua keranjang sangat mungkin sebagai tempat beternak uang. Nah, keranjang manakah yang menghasilkan imbal hasil paling tinggi, katakanlah dalam setahun? Mari kita bahas instrumen di luar instrumen pasar keuangan atau pasar modal yang
sering menjadi tempat membiakkan cuan.


• Emas
Jika Anda memilih emas sebagai salah satu instrumen investasi, semua analis dan perencana keuangan akan bilang, sebaiknya tentukan tenor investasinya dalam jangka panjang. Ya, katakanlah minimal lima tahun atau bahkan 10 tahun. Pasalnya, jika horizon investasi Anda cuma satu tahun, terutama 2016 saja, belum tentu bisa menikmati hasil investasi. Tahun ini, analis memperkirakan emas masih akan mengalami tekanan dan kilaunya sedikit memudar gara-gara persepsi pasar yang menduga The Fed kemungkinan besar masih akan mengerek suku bunga lagi.

Deddy Yusuf Siregar, analis PT Fortis Asia Futures, mengatakan, pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Maret nanti masih ada kemungkinan The Fed mengerek suku bunga lagi. Ini akan membuat emas tak menarik di mata investor. Selain itu, Deddy juga memberi catatan, The Fed punya rencana menaikkan suku bunga hingga 2% sampai 2017. “Harga emas masih cenderung bearish,” katanya.

Alasannya jelas, harga emas sangat berkorelasi dengan nilai dollar Paman Sam. Jika dollar AS melejit, akan memukul harga emas. Nah, satu-satunya kemungkinan yang mengerek harga emas, lanjut Deddy, adalah hari besar China pada Februari besok. Itu pun tak akan serta merta mengerek harga emas melejit melampaui
US$ 1.100 per ons troi. “Kuartal I 2016, harga emas tak akan lebih tinggi dari US$ 1.100 per ons troi,” ujar Deddy.

Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Faisyal menduga, sampai akhir tahun 2016, harga emas hanya akan bergerak di kisaran
US$ 800–US$ 1.200 per ons troi. Sedangkan Deddy memprediksi, harga emas sampai akhir tahun nanti di kisaran US$ 980–US$ 1.100 per ons troi. “Saya belum melihat sesuatu sepanjang 2016 yang akan mengangkat harga emas,” tegasnya.

Melihat analisis itu, alangkah lebih bijaksananya jika Anda mempertimbangkan kembali horizon investasi emas sepanjang 2016. Sebab, para analis juga memprediksikan, harga emas Aneka Tambang (Antam) tak akan melonjak di atas
Rp 600.000 per gram. Alasannya, rupiah juga rentan dengan dollar AS. Saat emas naik, dollar AS menguat. Padahal, di saat dollar menguat inilah, rupiah justru melemah. Jadi, harga emas Antam tak akan melesat secara signifikan.


• Properti dan tanah
Selain emas, instrumen investasi lain yang selalu jadi andalan investor adalah properti dan tanah. Tahun 2015, kata Direktur Grup Ciputra Artadinata Djangkar, investasi properti memang kurang bergairah. Sebab, pertumbuhan ekonomi tidak sesuai harapan, nilai rupiah tertekan, serta macam-macam perubahan aturan perpajakan.

Setelah The Fed mengerek suku bunga, tahun ini banyak pelaku industri, perencana keuangan, dan praktisi keuangan optimistis sektor properti akan lebih bagus dibandingkan 2015. Apalagi, konsolidasi pemerintahan sudah berjalan dengan kebijakan-kebijakan yang mulai terarah, termasuk kebijakan yang ditunggu-tunggu seperti tax amnesty. “Ini akan membantu kegairahan di bidang properti,” imbuh Artadinata.

Semua itu, ujung-ujungnya, timpal CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda, akan memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Sehingga, daya beli masyarakat pun membaik. Dengan demikian, penjualan properti bisa terkerek antara 15%–20% sepanjang 2016.

Jenis properti yang kemungkinan besar masih akan banyak diburu adalah rumah tinggal dan apartemen. Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Risza Bambang berpendapat, kondominium dan rumah susun pun masih menarik sebagai alat investasi pasca suku bunga The Fed naik.

Alasannya, market jenis-jenis properti tersebut, belum terlalu mahal, juga bukan berarti murah sekali. Maksudnya, investor belum tergencet oleh pasar dan masih punya pilihan. Kata Artadinata, jenis investor ini jika punya uang, pasti langsung menginvestasikan uangnya. “Meskipun jenis investor ini sangat sensitif terhadap pergolakan ekonomi, mata uang, dan isu pajak,” tegasnya.

Perlu jadi catatan, kelas rumah murah masih menjadi alat investasi paling bagus. Pasalnya, pasarnya masih besar dan selalu ada permintaan. Harganya pun juga selalu bagus dengan pertumbuhan rata-rata 15% minimal per tahun. Meski begitu, harga yang paling cepat melesat dan pulih di tahun 2016 adalah kelas rumah harga menengah, di kisaran Rp 700 jutaan–Rp 5 miliar.

Tentang harga, Associate Director Knight Frank Indonesia Hasan Pamudji bilang, BI Rate juga akan menentukan permintaan karena menetukan kredit pemilikan rumah. Hasan memperkirakan kenaikan harga properti agak konservatif, yaitu 10% sepanjang 2016 dengan melihat perkembangan inflasi.

Kata Hanif Mantiq, Senior Fund Manager BNI Asset Management, selain properti, perlu juga mempertimbangkan beli tanah lalu menjualnya per kaveling. Permintaan akan properti tetap tinggi terutama harga tanah yang terus melambung.    


Laporan Utama
Mingguan Kontan No. 15-XX, 2015

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×