kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

12 emiten akan bagi dividen Maret dan April 2018


Selasa, 27 Maret 2018 / 19:16 WIB
12 emiten akan bagi dividen Maret dan April 2018
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi-bagi dividen akan segera dilakukan oleh beberapa emiten. Berdasarkan pengumuman yang dikeluarkan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), setidaknya ada 12 emiten dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan membagi dividen kepada investornya.

Emiten yang akan membagi dividen pada bulan Maret dan April 2018 di antaranya adalah; SMBR, BJBR, JASS, MEGA, WOMF, BDMN, WTON, BBNI, BMRI, ITMG, BBRI, BBTN.

Dari ke-12 emiten ini dividen paling tinggi dibayarkan oleh BBNI dengan besaran Rp 255,55 per lembar saham. Dividen terbesar berikutnya adalah BMRI dan BDMN dengan besaran dividen masing-masing Rp 199,02 per lembar saham dan Rp 134,44 per lembar saham.

Dari segi yield atau rasio hasil investasi, WOMF memberikan yield paling menarik, yaitu sebesar 5,57%, diikuti oleh BJBR dengan yield dividen sebesar 4,38%. Sementara, yield dividen dari BBNI dan BBRI sebesar 2,77% dan 2,96%. Yield dividen paling rendah dipegang oleh ITMG dan SMBR, masing-masing 0,006% dan 0,101%.

Yield tinggi masih menarik Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali berpendapat, keputusan untuk berinvestasi sebaiknya melihat yield dividennya. Yield yang merepresentasikan keuntungan investasi, semakin tinggi semakin menarik. Tapi, tergantung juga dari horizon investasi si investor, kalau jangka panjang tidak melihat yield dividen, karena dicairkan bisa lima tahun ke atas.

Meski beranggapan melihat yield dividen bisa menjadi tolok ukur, namun kalau investor masuk sekarang misalnya, bisa jadi menjelang hari pembagian dividen harga sahamnya turun.

“Yang paling bagus ya sebenarnya kalau investor sudah melihat fundamentalnya dan masuk jauh-jauh hari, misalnya akhir tahun lalu. Kalau masuk sekarang ya telat, kecuali masuk sekarang dan incar dividen berikutnya,” kata Frederik.

Apalagi BBNI, BBRI atau BMRI, yang merupakan badan usaha milik negara (BUMN), cukup rajin memberikan dividen serta memiliki performa yang lebih bagus ketimbang BUMN lain. Dua emiten ini direkomendasikan oleh Frederik bagi investor. Dilihat dari yield dividen juga ketiga emiten ini tergolong tinggi di antara emiten yang akan membagikan dividen.

Strategi sebelum pembagian

Sementara, Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee mengatakan, strategi yang tepat bagi investor terkait saham emiten-emiten yang membagi dividen ini adalah melihat pergerakannya sebelum jadwal pembagian. Jikalau harganya turun, maka ada baiknya langsung membeli.

Ketika sudah menjelang hari pembagian dividen, pelaku pasar bisa mempertimbangkan apakah mau dilepas dulu baru kemudian beli lagi setelah hari pembagian dividen ataukah ditahan. “Itu semua tergantung juga dari return yang sudah didapatkan investor selama ini,” kata Hans.

Hans menyarankan adanya pilihan untuk melepas saham sebelum hari H (hari pembagian dividen) bagi investor, karena biasanya ada beberapa saham yang harganya turun pas hari H. Namun, bagi investor yang berorientasi jangka panjang bisa memperpanjang kepemilikannya setelah hari H. Sebab, ada kecenderungan juga sehabis harga saham turun pas hari H, keesokan harinya harga saham bisa naik lagi.

Dari 12 saham ini, saham-saham seperti BBNI, BMRI dan BBRI dikatakan Hans menarik untuk dikoleksi investor. Ia mengungkapkan, membagi dividen besar merupakan sinyal bagi pemegang saham bahwa perusahaan berkinerja bagus. Nah, ketiga saham ini ia katakan sangat menarik karena secara fundamental pun bagus dan menawarkan yield dividen yang tinggi.

Sementara, saham-saham seperti SMBR atau ITMG menurut Hans kurang menarik. Sebab, rasio hasil dividen atau yield dividennya terlalu rendah. Perusahaan menurutnya cuma memberi sinyal bahwa kinerja cukup bagus, sehingga bisa bagi dividen. Namun yield-nya tidak menarik. “Investor kan berharap margin keuntungan bisa 15% kalau main saham, jadi kalau yield dividen bisa 2% saja, tinggal cari margin 12%. Ini minimal, kalau yield di bawah 2% ya susah buat investor,” terang Hans.

Frederik memberi rekomendasi buy untuk BBNI, dengan target harga Rp 10.900 karena masih memiliki potensi untuk tumbuh. Sementara, untuk BBRI Frederik mengatakan dirinya memang tidak coverage emiten ini, namun jika melihat fundamental perusahaannya, saham BBRI tetap menarik untuk dikoleksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×