kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street melorot akibat tekanan saham Apple dan Philip Morris


Jumat, 20 April 2018 / 06:03 WIB
Wall Street melorot akibat tekanan saham Apple dan Philip Morris
ILUSTRASI. Para trader bekerja di lantai Bursa Efek New York


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham Wall Street berguguran pada perdagangan Kamis (19/4). Dow Jones Industrial Average turun 0,34% ke 24.664,89. Indeks S&P turun 0,57% ke 2.693,13. Nasdaq Composite turun 0,78% ke 7.238,06.

Sektor barang konsumer menjadi salah satu pemberat bursa. Penurunan dipicu oleh harga saham Philip Morris yang merosot 15,6%. Harga saham Altria, induk usaha Philip Morris USA turun 6%.

Emiten konsumer lainnya, Procter & Gamble, mencatat penurunan harga saham hingga 3,3% setelah mengumumkan persediaan yang turun serta susutnya margin karena kenaikan harga komoditas dan biaya transportasi.

Di sisi lain, peringatan dari Taiwan Semiconductor, produsen cip dan pemasok Apple yang mengatakan bahwa permintaan smartphone tumbuh tipis tahun ini, menjadi pemberat saham Apple. 

Kemarin, harga saham Apple turun 2,8%. Dengan kapitalisasi pasar yang besar, Apple menjadi pemberat indeks S&P 500.

Tak cuma pasar saham, pasar obligasi pun kena tekanan jual. Harga US treasury turun dan menyebabkan imbal hasilnya naik. Kenaikan imbal hasil ini mendorong kenaikan saham-saham perbankan. "Sektor keuangan menguat karena mereka akan mencatat kinerja lebih baik pada kondisi suku bunga yang lebih tinggi," kata Richard Sichel, senior investment strategist Philadelphia Trust Company kepada Reuters.

Ketika imbal hasil surat utang tinggi, investor akan lebih memilih untuk menaruh dana di obligasi daripada sektor defensif seperti barang konsumer dan real estate. Apalagi, suku bunga yang lebih tinggi akan mengerek margin bank.

Hingga kemarin, baru 52 emiten indeks S&P 500 yang merilis laporan keuangan. Dari jumlah tersebut, 78,8% mencatat laba lebih tinggi ketimbang ekspektasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×