kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Untung lebih tebal dari obligasi negara


Sabtu, 13 Januari 2018 / 11:00 WIB
Untung lebih tebal dari obligasi negara


Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di awal tahun, kinerja obligasi negara masih mengungguli obligasi korporasi. Namun pasar obligasi pemerintah akan menghadapi tekanan lebih berat di semester dua nanti.

Mengacu data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), imbal hasil obligasi negara, yang tercermin melalui INDOBeX Government Total Return, mencapai 1,46% per Jumat (12/1) lalu. Di waktu yang sama, imbal hasil obligasi korporasi, sebagaimana terlihat dari pergerakan INDOBeX Corporate Total Return,cuma mencapai 0,73% .

Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan, dalam tiga tahun terakhir, kinerja obligasi negara memang lebih baik dari obligasi korporasi. Hal ini didukung oleh banyaknya aliran dana asing yang masuk ke surat utang negara (SUN), sehingga berpengaruh terhadap likuiditas obligasi tersebut di pasar sekunder.

Hingga Kamis (11/1), porsi kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) yang tercatat di Ditjen Pembiayaan Pengelolaan dan Risiko Kementerian Keuangan mencapai 40,68%. "Kalau obligasi korporasi hanya 7% dana dari pihak asing," tutur Made.

Analis Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar menambahkan, dengan melihat penurunan yield SUN yang terjadi sejak 2017, maka obligasi negara lebih menguntungkan ketimbang obligasi korporasi. Maklum, penurunan yield akan membuat harga obligasi negara menjadi naik, sehingga investor bisa mendapatkan capital gainyang lebih besar dari obligasi korporasi.

Sedang investor cenderung hanya bisa mendulang untung dari kupon tinggi obligasi korporasi. Namun, keuntungan dari capital gain sulit tercapai lantaran tingkat likuiditas obligasi tersebut tidak begitu baik di pasar sekunder.

Makanya, sebagian besar investor lebih memilih menahan obligasi korporasi yang dikoleksi hingga jatuh tempo. "Pergerakan harganya tidak sedinamis obligasi negara," kata Anil.

Selain itu, Anil menilai obligasi negara diuntungkan karena memiliki tenor yang lebih panjang ketimbang obligasi korporasi. Obligasi korporasi maksimal hanya bertenor 10 tahun. Sedangkan tenor obligasi negara bisa lebih dari 20 tahun. Semakin panjang tenor obligasi, maka semakin besar pula peluang imbal hasil yang diperoleh, walaupun risikonya juga lebih besar.

Tumbuh terbatas

Made berpendapat obligasi negara masih bisa unggul atas obligasi korporasi di tahun ini. Namun, selisih keunggulan akan menipis lantaran peluang penurunan yield SUN di tahun ini cenderung terbatas.

Maklum, imbal hasil surat utang pemerintah Amerika Serikat atau US treasury dalam tren naik. "Kalau berharap yield SUN akan turun lagi, seharusnya diikuti oleh penurunan yield surat utang global," terang Made.

Jika mengacu pada kondisi di tahun ini, Made memperkirakan potensi pertumbuhan kinerja obligasi pemerintah hanya di kisaran 10%, sedangkan potensi pertumbuhan obligasi korporasi mencapai sekitar 9%.

Anil sepakat bahwa potensi terbatasnya penurunan imbal hasil SUN di tahun ini bisa menghambat kinerja obligasi negara. Namun, berbekal kapitalisasi pasar yang besar dan likuiditas yang baik, obligasi negara masih berpeluang unggul dari obligasi korporasi dari sisi return.

Dengan potensi penurunan yield SUN yang terbatas, Anil menyarankan investor yang membutuhkan obligasi negara melakukan akumulasi beli di semester pertama tahun ini. Seri-seri bertenor 10 tahun ke bawah bisa menjadi prioritas bagi para investor. Sebab, seri tenor panjang akan mendapat tekanan lebih besar tatkala imbal hasil SUN tak kunjung mengalami penurunan.

Sebaliknya, di semester kedua investor bisa beralih ke obligasi korporasi karena pada saat itu imbal hasil SUN akan mulai terbatas karena tekanan global. Sedangkan, obligasi korporasi memiliki daya tahan lebih baik terhadap tekanan eksternal seperti dampak penerapan reformasi pajak AS dan kenaikan suku bunga acuan The Fed. Maklum, perusahaan-perusahaan yang berkecimpung di pasar obligasi korporasi merupakan perusahaan lokal.

Untuk investor yang ingin berkecimpung di pasar obligasi korporasi, Made mengingatkan pentingnya memilih sektor yang memiliki kinerja optimal tahun ini. Dengan potensi naiknya pertumbuhan ekonomi nasional, Made menilai obligasi sektor telekomunikasi dan jasa keuangan bisa menjadi favorit. Obligasi bidang konstruksi juga menarik mengingat pemerintah getol membangun infrastruktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×