kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren harga minyak mulai bullish


Kamis, 28 April 2016 / 20:14 WIB
Tren harga minyak mulai bullish


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Penguatan harga minyak membawa prospek positif pada pergerakan ke depan. Meski kondisi fundamental masih oversupply, tren pergerakan minyak mulai terlihat bullish.

Mengutip Bloomberg, Kamis (28/4) pukul 17.28 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Juni 2016 di New York Mercantile Exchange menguat 0,15% ke level US$ 45,4 per barel dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, minyak menanjak 5,14%.

Analis PT SoeGee Futures, Nizar Hilmy mengatakan, minyak mencapai level tertinggi sejak November 2015 setelah The Fed mempertahankan suku bunga di level 0,5%. Keputusan tersebut merupakan bukti jika The Fed masih akan memberlakukan kebijakan akomodatif. "Tidak ada isyarat kenaikan suku bunga dalam waktu dekat meski peluang masih terbuka," papar Nizar.

Keputusan The Fed membuat dollar AS kehilangan tenaga dan akhirnya mengangkat harga minyak. Apalagi, di saat yang sama tekanan dollar AS bertambah setelah Bank Sentral Jepang (BOJ) memutuskan untuk tidak melanjutkan stimulus ekonomi.

Nizar melihat tren harga minyak dalam jangka panjang akan bullish dengan ekspektasi membaiknya kondisi fundamental. Pasalnya, kejatuhan harga minyak bukan hanya karena faktor oversupply, tetapi juga disebabkan oleh kekhawatiran ekonomi global. "Buktinya, minyak masih terus bergerak naik meski kesepakatan pembatasan produksi menuai kegagalan," imbuhnya.

Ekonomi China yang mulai menunjukkan perbaikan membawa sentimen positif bagi harga minyak. Hal ini memberi harapan jika permintaan tidak akan seburuk yang diperkirakan. Apalagi, menjelang pertengahan tahun akan ada driving season di wilayah Amerika dan Eropa sehingga dapat memicu kenaikan permintaan bahan bakar minyak (BBM).

Jika kondisi dapat terus stabil, Nizar menduga harga minyak akhir tahun berpotensi ke atas US$ 50 per barel meski tanpa pembatasan produksi. Namun demikian, penguatan harga minyak dalam beberapa hari ini dapat memicu tekanan jangka pendek akibat profit taking.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×