kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

TGKA autoreject, teliti cermati memilih saham


Kamis, 19 Oktober 2017 / 23:01 WIB
TGKA autoreject, teliti cermati memilih saham


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hati-hati membaca pesan. Kesalahan informasi bisa menjadi hal yang fatal. Dalam pasar modal, hal tersebut menjadi penting. Lantaran menentukan sikap pelaku pasar dalam mengambil keputusan.

Pada Rabu (18/10), Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan akan melakukan force delisting beberapa emiten di bursa. Salah satu di antaranya yang diumumkan yakni PT Permata Prima Sakti Tbk (TKGA).

Saham TKGA pun mendapatkan suspensi sebelum akhirnya di delisting. Gembok TKGA pun akan dibuka kembali pada 19 Oktober 2017 sampai 16 November 2017.

Namun, fenomena menarik terjadi pada saham PT Tigaraksa Satria Tbk (TGKA). Harga saham emiten ini pada Rabu (18/10) terkoreksi. Terdapat aksi jual yang membuat saham TGKA menurun tajam. Namun hari ini (19/10) saham TGKA justru naik signifikan dan mengalami autoreject.

Apakah investor salah dalam menerima pesan delisting?

Lianne Widjaja, Direktur Utama PT Tigaraksa Satria Tbk (TGKA) menyatakan pihaknya tidak mengetahui secara pasti, sentimen apa yang mempengaruhi pergerakan saham TGKA. Menurutnya, hal itu sepenuhnya terjadi atas mekanisme pasar.

Secara prinsip, memang tidak ada rencana untuk delisting. Oleh karena itu, dia tidak khawatir dan tetap mengikuti proses pasar. "Kalau naik turun itu biasa, tergantung kondisi pasar," terang Lianne kepada KONTAN, Kamis (19/10).

Selain itu, dia juga menambahkan dalam waktu dekat belum ada aksi korporasi dari perusahaan. Sentimen terdekat diantaranya yang sedang disiapkan yakni rilis laporan keuangan kuartal III-2017.

Sementara itu, terkait dengan proyeksi bisnis TGKA, dia menyatakan akan fokus pada bisnis yang sudah ada. "Growth sudah ada, tapi belum sesuai dengan target," ujarnya.

Irwan Ariston Napitupulu pengamat sekaligus investor pasar modal menyatakan fenomena salah menerima pesan bukan hanya terjadi di Indonesia. Namun, pasar saham Amerika pun juga mengalami.

Biasanya, kode emiten tersebut mirip. "Investor harus cek dan ricek. Mereka juga harus paham dengan saham yang dibeli," ujar Irwan.

Lebih lanjut dia menyatakan, apakah hal tersebut juga terjadi pada TGKA dan TKGA, investor seharusnya berhati-hati. Selain itu, memahami saham dan mekanisme pasar menjadi penting. Misalnya saja, TGKA yang memang selama ini tidak ada sentimen besar, mengapa sahamnya menurun dalam.

Nah, hal tersebut seharusnya dikritis oleh pelaku pasar. "Mereka juga harus melihat, saham yang akan delisting, biasanya akan disuspensi. Nah, TGKA kan tidak," lanjut Irwan.

Oleh karena itu, selain memang investor harus kritis, perlu juga pihak Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan informasi yang jelas. Irwan menambahkan, BEI perlu menghadirkan kolom khusus yang bisa menunjukkan informasi terupdate mengenai delisting atau aksi korporasi penting lainnya. Sehingga informasi delisting bukan menjadi hal yang tabu.

"Ada satu menu yang penting terkait dengan delisting. Jadi kita langsung tahu. Selama ini masih menjadi satu dalam keterbukaan informasi," ujarnya.

Irwan menambahkan, tak jarang trader hanya mengamati pergerakan saham dan kode perusahaan saja. Sehingga tak ayal, ketika terjadi miss persepsi membuat mereka salah dalam mengambil keputusan.

"Ini memang resiko, salahnya trader. Maka harus teliti dan punya pemahaman yang baik. Misalnya seperti saham delisting biasanya akan mengalami suspensi," tambahnya.

Selain memahami prosedur delisting tersebut, filter kedua yang harus dimiliki oleh pelaku pasar adalah mengenai pemahaman saham yang dipilih. Bila perusahaan memiliki bisnis dan fundamental yang baik, investor seharusnya tidak panik terhadap informasi negatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×