kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suku bunga tinggi jadi tantangan penerbitan obligasi korporasi


Kamis, 05 Juli 2018 / 21:35 WIB
Suku bunga tinggi jadi tantangan penerbitan obligasi korporasi
ILUSTRASI. Pencatatan Perdana Obligasi I Pelindo IV di BEI


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar dalam negeri yang volatile tak serta merta menyurutkan minat penerbitan obligasi korporasi. Dengan tawaran bunga yang kompetitif, para penerbit obligasi tampaknya optimistis surat utangnya masih dapat terserap secara maksimal.

Teranyar, PT Medco Power Indonesia baru saja mencatatkan obligasi dan sukuk perdananya senilai Rp 1,2 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (5/7). Ada juga PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV meraup dana segar senilai Rp 3 triliun melalui penerbitan obligasi.

Direktur Utama Pelindo IV Doso Agung mengatakan, setelah 26 tahun beroperasi, inilah kali pertama Pelindo IV menjajal pasar modal. "Sudah saatnya demi mempercepat proyek-proyek pelabuhan strategis kami di wilayah Indonesia timur," ujar Doso, Kamis (5/7).

Kendati demikian, Pelindo IV menyadari kondisi pasar modal yang tengah volatile saat ini. Untuk itu, Doso mengatakan, saat ini Pelindo IV memilih menerbitkan obligasi dengan jumlah Rp 3 triliun terlebih dahulu meski telah mendapat mandat Kementerian BUMN untuk menerbitkan obligasi dengan total Rp 5 triliun.

Doso juga optimistis dengan penerbitan obligasi perdana Pelindo IV ini. "Strength point kami, dana obligasi ini kami gunakan untuk pembangunan pelabuhan yang sudah dimulai sebelumnya. Kami sudah lebih dulu mengeluarkan dana internal kami sehingga dana obligasi ini sifatnya men-support saja," ujar Doso.

Adapun, Executive Vice President PT Schroders Investment Management Indonesia M. Renny Raharja berpendapat, tingkat suku bunga acuan yang sudah tinggi saat ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi penerbit obligasi korporasi. "Mau tak mau, yield yang ditawarkan harus lebih tinggi lagi dari obligasi pemerintah yang sekarang sudah di kisaran 7,4%-7,6%," kata Renny.

Renny juga menilai, kondisi pasar obligasi yang tak begitu likuid juga membuat kondisi yield saat ini belum sepenuhnya merefleksikan tren kenaikan suku bunga acuan. Lain halnya dengan obligasi pemerintah yang yield-nya secara otomatis menyesuaikan kondisi pasar maupun kebijakan pemerintah.

Saran Renny, investor dapat mempertimbangkan obligasi korposrasi yang diterbitkan oleh perusahaan BUMN. Obligasi korporasi dari sektor konsumer dan perbankan BUKU IV juga masih dipandang bagus. "Schroders sendiri prefer sektor-sektor tersebut untuk masuk ke obligasi korporasi," kata dia.

Adapun, dengan asumsi yield SUN 10 tahun sebesar 7,4%-7,6% saat ini, Renny menilai spread yang menarik untuk obligasi korporasi berkisar antara 100-150 basis poin. Itupun dengan catatan, obligasi memiliki rating minimal idAA alias double A untuk menjamin kemampuan bayar utangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×