kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak saham-saham aduhai pemilik EPS tinggi


Selasa, 24 Oktober 2017 / 08:40 WIB
Simak saham-saham aduhai pemilik EPS tinggi


Reporter: Chindy Puri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencetak laba per saham atau earning per share (EPS) cukup tinggi. Sepanjang tahun ini, ada 34 saham yang mencetak nilai EPS di atas Rp 100 per saham. 13 di antaranya adalah saham LQ45.

Emiten LQ45 yang mencetak EPS tertinggi adalah PT Gudang Garam (GGRM), dengan EPS Rp 641,81. Lalu, PT United Tractors (UNTR) memiliki EPS Rp 515,21 dan PT Bukit Asam memiliki (PTBA) EPS Rp 427,84.

Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido menilai, saham dengan EPS tinggi terlihat menarik lantaran laba perusahaan cukup menunjang dan perhitungan secara jumlah lembar saham terbilang bagus. Meski demikian, hal itu tidak dapat dijadikan satu-satunya tolak ukur pemilihan saham. Indikator lain yang perlu diperhatikan adalah price to earning ratio (PER) dan volume perdagangan.

Ia mencontohkan, ada beberapa emiten dengan EPS tinggi namun memiliki return sepanjang tahun (ytd) rendah. Harga saham PT Matahari Department (LPPF) misalnya, malah turun 36,96%. Padahal EPS-nya tinggi.

Menurut Kevin, pelaku pasar sudah merespons emiten dengan EPS tinggi dengan valuasi PER yang murah. Ia menganjurkan untuk mencermati saham INDF dan AALI. INDF tercatat memiliki EPS Rp 121,43 dengan total return 6,6% dan PER 18,50 kali. Pada semester I-2017, laba INDF mencapai Rp 2,27 triliun meningkat 18% dari periode yang sama tahun 2016.

Kevin bilang, INDF dapat diakumulasi sebab fundamental perusahaannya bagus dan merajai pasar mi instan. Sementara AALI, memiliki PER 12,51% meski pergerakan sahamnya masih di level bottom. Kevin melihat AALI hanya terganjal harga CPO yang sideways.

Di sisi lain, Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, EPS yang tinggi belum tentu layak koleksi jika PER-nya juga mahal. "Kalau pertumbuhan EPS bagus tapi kalau PER nya udah ketinggian tentu akan jadi masalah," jelas Hans.

Selain itu menurut Hans, indikator yang perlu diperhatikan lagi adalah price to earning growth (PEG). PEG membandingkan PER dengan pertumbuhan perusahaan. "Jadi kalau seandainya emiten punya pertumbuhan EPS 20%, PER-nya sebaiknya tidak lebih dari 20 kali," ujar dia.

Cermati indikator lain

Analis First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, beberapa indikator lain yang perlu dicermati dalam pemilihan saham adalah price to book value ratio dan dividend ratio. Ia bilang, pada dasarnya EPS bukan angka mutlak.

Pasalnya, EPS kadang terdistorsi dengan faktor-faktor lain seperti pendapatan anak usaha maupun pajak perusahaan. "Kita tidak hanya melihat bottom line tapi juga melihat top line. Jadi, perusahaan yang baik itu pendapatan naik dan EPS juga naik," tutur dia.

David menilai, saham dengan EPS tinggi yang menarik adalah saham perbankan seperti BBRI dan BBCA. BBRI memiliki EPS Rp 277,21 dengan PER 13,90 kali dan total return 38,20%. Sementara, itu BBCA memiliki EPS Rp 224,92 dengan PER 24,13 kali. "Saham bank masih berjaya tahun ini," tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×