kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak prospek penghuni baru indeks MSCI ini


Selasa, 14 November 2017 / 21:19 WIB
Simak prospek penghuni baru indeks MSCI ini


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Morgan Stanley Capital International (MSCI) mengubah komposisi saham pada indeks acuannya. Lembaga ini kembali melakukan rebalancing pada daftar MSCI Global Standard Index dan MSCI Global Small Cap Index. Perubahan komposisi itu akan efektif pada 30 November 2017.

Saham yang masuk dalam MSCI Global Standard Index yakni PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Masuknya BBTN bersamaan dengan tergeser keluarnya tiga saham lain, yakni PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Sementara itu, untuk MSCI Global Small Cap Index juga kedatangan pendatang baru. Di antaranya yakni PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), PT Sentul City Tbk (BKSL), PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS), SMRA, LPKR, dan MNCN.

SMRA, LPKR, dan MNCN bergeser dari MSCI Global Standar Index ke MSCI Global Small Cap Index. Sebaliknya, BBTN keluar dari MSCI Global Small Cap Index dan masuk ke MSCI Global Standar Index.

Kevin Juido, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas menyatakan, ada empat emiten properti yang masuk dalam MSCI Global Small Cap Index. Di antaranya yakni SMRA, BKSL, LPKR dan TOPS.

Namun, Kevin lebih cenderung memilih BKSL lantaran memiliki PE yang cenderung murah dibandingkan dengan emiten lainnya. BKSL memiliki PE 35 kali, sedangkan SMRA yang memiliki PE 84 kali. "Dari penguatan saham, kedua emiten ini cukup baik volumenya. Namun, MSCI juga melihat dari likuiditasnya," kata Kevin kepada Kontan.co.id, Selasa (14/11).

Meskipun demikian, LPKR memiliki PE yang rendah berkisar 14 kali. Sejatinya, tingkat PE tersebut masih lebih murah dari BKSL. Namun, LPKR menghadapi sentimen negatif dari perizinan proyek Meikarta. "PE bisa kalah dengan sentimen. Saya lebih tertarik pada BKSL karena punya landbank luas," tambahnya.

Di luar empat emiten properti tersebut, ada INDY. Namun, menurut Kevin, emiten ini masih memiliki volatilitas yang cukup tinggi sehingga hanya cocok untuk trader. Sejatinya, saham INDY menarik karena manajemen akan membeli saham Kideco. PE Indika juga cukup murah berkisar 10 kali untuk momentum saat ini.

Indika pun dinilai memiliki fundamental yang baik. "Karena beli saham Kideco, INDY akan ada adjusment. Saya sarankan hold dulu dan tunggu koreksi," imbuh Kevin.

Sementara untuk TOPS, Kevin menilai PE sudah cukup tinggi berkisar 83 kali meski akan ada penyesuaian lagi usai rilis laporan keuangan. TOPS juga dinilai masih memiliki kecenderungan yang baik secara fundamental perusahaan.

Kevin cenderung merekomendasikan hold saham INDY dan SMRA. Dia merekomendasikan buy saham BKSL dengan level support pada Rp 141-Rp 145 dengan target secara teknikal pada Rp 155. "Ini bicara short term sampai akhir tahun," ujarnya.

Pada perdagangan Selasa (14/11), saham BKSL bertengger pada level Rp 145 setelah sebelumnya dibuka pada Rp 140 atau naik 5,84%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×