kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentimen positif perekonomi China bisa memperbaiki harga nikel


Jumat, 19 Januari 2018 / 07:43 WIB
Sentimen positif perekonomi China bisa memperbaiki harga nikel
ILUSTRASI. Fasilitas pemurnian atau smelter Nikel PT Vale Indonesia


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sajian data ekonomi China yang menunjukkan perbaikan di awal tahun ini memberi sentimen positif bagi komoditas logam industri termasuk nikel. Setelah sempat terkoreksi pada penutupan perdagangan Rabu (17/1), analis menyakini harga nikel akan bergerak naik. Secara jangka panjang, harga nikel masih diselimuti sentimen positif.

Biro Statistik China baru saja merilis pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2017 yang tampak stabil pada level 6,8% dibanding kuartal sebelumnya. Tak hanya itu, data produksi industri Desember 2017 juta dilaporkan meningkat dari 6,1% ke 6,2%.

“Dengan data China yang positif ini, kemungkinan harga nikel masih mampu menguat hingga awal pekan depan,” terang Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan, Kamis (18/1).

Namun saat libur Imlek, diperkirakan harga nikel akan kembali mengalami pelemahan karena aktivitas perdagangan mulai berkurang. Menurut Andri, setelah perayaan tahun baru China, hargaa nikel akan kembali melambung karena sokongan fundamental yang cukup positif.

Dari sisi produksi, sejauh ini pasokannya masih mengalami defisit. Empat tambang nikel di Filipina yang selama ini dikenal sebagai eksportir nikel masih belum diizinkan beroperasi karena alasan lingkungan. Kemudian, Sumitomo Corp di Jepang juga telah menghentikan produksi di tambang Madagaskar karena serangan topan.

Menurut Andri, meski pemerintah Indonesia telah memberikan relaksasi larangan ekspor bijih nikel, tetapi hal itu masih belum mampu menutupi kekurangan pasokan dari Filipina. Sejak awal tahun 2017, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Mineral (ESDM) telah mengeluarkan 20,39 juta ton rekomendasi ekspor.

“Tahun kemarin saja masih belum bisa memenuhi pasokan,” imbuhnya.

Sedangkan dari sisi permintaan, kebutuhan nikel untuk industri mobil listrik diperkirakan akan terus meningkat. Sejauh ini, Jinchian Group Co, pemasok nikel terbesar di China telah berencana untuk meningkatkan output nikel untuk baterai mobil listrik hingga 40%. Perusahaan akan meningkatkan produksi nikel sulfat menjadi 70.000 metrik ton dari 50.000 ton pada 2017.

Secara teknikal, Andri melihat mayoritas indikator masih menunjukkan sinyal penguatan. Posisi harga masih berada di atas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 yang mengindikasikan penguatan. Begitu juga dengan indikator moving average convergence divergence (MACD) yang bergulir di area positif. Indikator relative streng index (RSI) masih berada di area netral. Hanya indikator stochastic yang telah masuk ke wilayah overbought.

Untuk besok, ia memperkirakan nikel akan menguat dan berada pada kisaran US$ 12.550 – US$ 12.350 per metrik ton. Sedangkan sepekan berikutnya bisa bergerak pada rentang US$ 12.700 – US$ 12.300 per metrik ton.

Asal tahu saja, mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (17/1) nikel kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) tercatat melemah 1,12% ke level US$ 12.415 per metrik ton. Sedangkan jika dibandingkan sepekan sebelumnya harga justru melemah lebih dalam sekitar 3,57%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×