kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentimen cukai 2018 menekan harga saham rokok


Senin, 21 Agustus 2017 / 14:36 WIB
Sentimen cukai 2018 menekan harga saham rokok


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Pemerintah berencana kembali menaikkan cukai rokok di tahun 2018 nanti. Meski belum pasti besaran kenaikannya, secara historikal analis melihat pasar langsung merespon negatif isu ini.

Dalam Rancangan APBN (RAPBN ) 2018, pemerintah menargetkan pendapatan cukai sebesar Rp 155,4 miliar. Sebanyak Rp 148,23 miliar di antaranya adalah cukai hasil tembakau.

Target pendapatan dalam RAPBN 2018 tersebut naik 1,5% dibanding target dalam APBNP 2017. Salah satu pemicunya adalah adanya penyesuaian naik tarif cukai hasil tembakau.

Sebagaimana diberitakan KONTAN, Sabtu (19/8), melihat target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% dan inflasi 3,5% dalam RAPBN 2018, kenaikan tarif cukai rokok tahun depan minimal 8,9%.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada melihat, wacana kenaikan cukai rokok pasti akan mempengaruhi saham emiten rokok. Asumsinya, kenaikan harga cukai rokok akan menaikkan biaya produksi dan menekan kinerja emiten. "Kalau kita lihat dari pergerakan secara historical biasanya ketika ada sentimen dari kenaikan harga cukai rokok, pasar langsung merespon negatif,” ujar Reza, Minggu (20/8). 

Dengan demikian Reza memprediksikan harga saham emiten rokok akan tertekan ketika pemberitaan soal kenaikan cukai rokok muncul. Adapun untuk saat ini, Reza menilai bahwa pengaruh sentimen kenaikan harga cukai rokok masih bias dengan beberapa sentimen global. 

Beberapa sentimen yang disebut Reza antara lain kondisi geopolitik dan pertentangan dalam tim penasihat Trump. “Kita terkena imbasnya. Sampoerna dan Gudang Garam masih di big cap, itu terkena imbasnya juga,” ujar Reza.

Di sisi lain, Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja melihat isu kenaikan cukai di tahun depan bisa jadi berimbas positif kepada emiten. Pasalnya, Joni melihat bahwa kenaikan tarif cukai rokok tahun depan akan lebih rendah dari kenaikan cukai rokok tahun ini. Dengan demikian, menurutnya emiten punya kelonggaran untuk melakukan kontrol harga dengan lebih baik.

Sebelumnya, Joni memperkirakan bahwa kenaikan cukai rokok akan lebih dari 10%. “Kalau di atas 10% baru akan mempengaruhi secara kurang baik,” ungkapnya. Adapun jika kenaikan tarif cukai rokok di kisaran 8,9%, Joni tak melihat adanya pengaruh alias netral.

Dalam risetnya pada 7 Agustus 2017 lalu, Joni melihat bahwa salah satu emiten rokok yang masih menjadi pemimpin pasar rokok Indonesia adalah PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Emiten ini memiliki pangsa pasar sebesar 32,8%.

Di kuartal II tahun ini, HMSP masih menoreh penurunan pendapatan penjualan sebesar 6% year on year. Memperkirakan adanya pertumbuhan penjualan HMSP di kuartal III 2017, Joni merekomendasikan hold untuk saham HMSP dengan target harga Rp 3.780. Joni merekomendasikan buy GGRM dengan target harga Rp 85.550 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×