kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham Tiga Pilar tercecer di zona merah


Selasa, 05 Desember 2017 / 06:45 WIB
Saham Tiga Pilar tercecer di zona merah


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini menjadi tahun yang berat bagi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA). AISA harus melepas unit bisnis beras yang sempat tersangkut kasus hukum. Alhasil, tak hanya kinerja keuangan yang merosot, saham AISA juga terus tercecer di zona merah.

Kemarin, harga saham AISA berada di level Rp 540 per saham. Dalam tiga bulan terakhir, harga saham AISA sudah turun 47,83%. Lalu, sepanjang tahun ini, harga AISA melorot hingga 72,24%.

Hingga kuartal III-2017, pendapatan AISA turun 17,5% secara year on year (yoy) menjadi Rp 4,1 triliun. Laba bersih AISA juga amblas 57% yoy menjadi Rp 176 miliar. 

Marlene Tanumihardja, Analis Samuel Sekuritas Indonesia, mengatakan, turunnya laba bersih ini lantaran beban operasional perusahaan melonjak. Tak hanya itu, tekanan juga datang dari beban utang yang lumayan besar. 

Bahkan, AISA sudah dibayangi utang sebesar Rp 900 miliar yang akan jatuh tempo pada April 2018 mendatang. Saat ini, AISA memiliki total kewajiban Rp 5,2 triliun.

Divestasi bisnis beras memang menjadi salah satu cara AISA untuk memulihkan kinerjanya. Perusahaan ini akan melepas 70% saham anak usaha beras, yaitu PT Dunia Pangan. Perusahaan ini merupakan induk PT Indo Beras Unggul yang beberapa waktu lalu terjerat kasus hukum. Usai divestasi, AISA hanya akan fokus di bisnis makanan dan minuman.

Nilai wajar Dunia Pangan sekitar Rp 3,58 triliun. Dengan divestasi ini, manajemen AISA berharap mampu melunasi utang sebesar Rp 2,37 triliun secara bertahap. "Sehingga, perusahaan masih mampu memiliki solvabilitas dan struktur neraca keuangan yang lebih baik ke depannya," tulis Marlene dalam riset 27 November 2017. 

Sementara itu, Niko Margaronis, Analis Ciptadana Sekuritas, mengatakan, divestasi bisnis beras memang menjadi cara yang positif untuk membayar utang. Tapi tetap saja, dalam jangka panjang, AISA masih akan membutuhkan pendanaan baru dari utang untuk menjalankan bisnis makanan dan minuman. "AISA membutuhkan dana untuk pemasaran yang lebih gencar dan memperbaiki brand," kata Niko, Senin (4/12).

Maklum, menurut Niko skandal hukum yang menimpa AISA tak hanya berimbas pada bisnis beras perusahaan, tapi juga berdampak ke bisnis makanan dan minuman. Hal ini sudah terlihat dari pendapatan AISA pada kuartal II yang menurun. 

Niko mengatakan, prospek kinerja AISA masih bergantung dari rapat dengan pemegang obligasi yang digelar pada 5-7 Desember ini. Ia menilai, AISA bisa tertolong jika mendapat kreditur yang bisa memberi dana pinjaman untuk pengembangan bisnis makanan dan minuman.

Prospek saham

Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani mengatakan, meski AISA berhasil membayar utang melalui divestasi, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi. "AISA masih harus memperbaiki struktur modal dan fokus pada bisnis baru. Ke depan, bisnis ini masih cukup berat," kata Riska. 

Sejatinya, banyak peluang yang bisa digali dari bisnis makanan dan minuman. Bisnis ini akan menarik di tahun depan karena didukung kenaikan belanja masyarakat.

Namun, tak bisa ditampik kalau pasar masih cukup khawatir terhadap prospek AISA. "Apakah kontribusi bisnis makanan bisa lebih tinggi dari kontribusi bisnis beras yang selama ini mendominasi pendapatan AISA? Ini menjadi kekhawatiran pasar," ujar Riska.

Baik Riska maupun Niko sepakat, kinerja AISA masih berpotensi turun pada tahun depan. "Penurunan di tahun depan bisa lebih besar dari penurunan pada kuartal III yang sebesar 17,5% yoy," prediksi Niko. 

Riska menyarankan agar investor tak membeli saham AISA dalam jumlah besar. Dalam jangka pendek, investor bisa mencicil beli saham AISA dan memanfaatkan potensi kenaikan secara teknikal. "Buy di Rp 520-Rp 540 dan sell ketika mencapai Rp 620-Rp 640," kata Riska. Sementara itu, untuk jangka panjang, sebaiknya investor wait and see terlebih dahulu. 

Niko juga mengatakan, risiko saham AISA masih besar, sehingga ia lebih menyarankan hold AISA. Lalu, Reza Priyambada, Analis Binaartha Parama Sekuritas, mengatakan, tahun depan, bisnis makanan dan minuman hanya akan tumbuh moderat. Sehingga, ia merekomendasikan sell saham AISA dengan target harga Rp 480. 

Sementara itu, Marlene merekomendasikan hold dengan target harga Rp 900. Lalu mengutip Bloomberg, Analis Nomura Sekuritas Deidy Wijaya merekomendasikan reduce AISA dengan target harga Rp 600 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×