kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham tambang masih potensial naik di 2018


Jumat, 12 Januari 2018 / 20:56 WIB
Saham tambang masih potensial naik di 2018
ILUSTRASI.


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham sektor komoditas tambang diyakini masih akan melanjutkan kenaikan pada tahun ini. Hal ini seiring prediksi berlanjutnya momentum booming sektor komoditas tambang, setelah pada tahun-tahun sebelumnya, sektor ini terpuruk.

Saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi pada Jumat (12/1), saham emiten tambang justru menunjukan kinerja positif. Dibandingkan dengan sektor lain yang turun, pertambangan naik 0,85%, sementara secara year to date (ytd) saham ini naik 10,65%.

Kenaikan kinerja sektor tambang sejalan dengan membaiknya harga komoditas. Sehingga emiten tambang bisa mereguk pendapatan tinggi. Meski tidak semua, setidaknya sebagian besar perusahaan menikmati pertumbuhan.

"Tahun ini masih melanjutkan, karena biasanya siklus booming bisa 2-3 tahun. Kalau kemarin 1 tahun, kemungkinan tahun ini bisa berlanjut," prediksi Robertus Yanuar Hardy, Research Analyst Kresna Sekuritas kepada Kontan.co.id, Jumat (12/1).

Pada komoditas batubara misalnya, harga diprediksi masih bisa membaik. Belum lagi, pada tahun lalu, pemerintah melalui Kemeterian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan batas maksimal produksi batubara sebesar 485 juta ton. Jumlah ini merupakan kebijakan pemerintah mematok produksi 5% dari realisasi produksi tahun 2017 sebesar 461 juta ton.

China juga masih melakukan pembatasan produksi batubara, karena berpolusi tinggi. Alhasil harga batubara akan terkerek. Selain itu, banyak power plant China yang direnovasi kemudian dinonaktifkan. "Mungkin butuh 3-5 tahun lagi untuk produksi, ini peluang Indonesia untuk memenuhi kebutuhan mereka," paparnya.

Pasalnya, banyak perusahaan batubara asal Indonesia yang melakukan ekspor batubara ke negara tersebut. Alhasil, bila pemerintah China masih menekan produksi mereka, artinya itu kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan penjualan. "3-5 tahun ini juga menjadi kesempatan bagi Indonesia," imbuhnya.

Selain karena permintaan dari luar negeri, sektor ini juga mendapat sentimen positif dari dalam negeri. Diantaranya permintaan batubara dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk kebutuhan power plant. Selain itu, swasta juga mulai menunjukan minat untuk terjun di bisnis pembangkit.

Tahun ini, Robertur melihat sektor ini masih positif. Ada beberapa saham yang menarik untuk dikoleksi, diantaranya PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Menurutnya, kedua saham tersebut masih layak beli dengan target harga ADRO sebesar 2.500 dan PTBA sebesar 3.200.

"PTBA dan ADRO masih memiliki potensial upside sampai 15%-20%," imbuhnya.

Robertus menambahkan, apabila OPEC masih membatasi produksi, harga minyak juga akan lanjut naik.

Selain itu, adanya potensi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) disinyalir bisa memberikan sentimen positif bagi komoditas tambang. Pasalnya, ada potensi penguatan dollar AS terhadap rupiah. Meski di sisi lain, kenaikan FFR tersebut bisa memberikan sentimen negatif secara makro ekonomi.

Dia menilai beberapa perusahaan tambang masih menggunakan mata uang dollar dalam transaksi dan laporan keuangan. Sehingga, bila ada potensi penguatan dollar, hal tersebut bisa menjadi sentimen positif. "Tahun ini, diprediksi The Fed bisa menaikkan suku bunga acuan sampai tiga kali, saya kira ini wajar," imbuhnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×