kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham Grup Bakrie merajai perdagangan


Kamis, 27 Oktober 2016 / 07:42 WIB
Saham Grup Bakrie merajai perdagangan


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Jarang-jarang ada saham yang harganya di bawah gopek bisa ditransaksikan sampai triliunan dalam sehari. Tapi, kemarin (26/10), hal ini terjadi pada saham-saham Grup Bakrie yang bergerak di sektor komoditas.

Setelah suspensi dibuka, harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melejit 34,67% ke level Rp 202 per saham pada perdagangan Rabu (26/10). BUMI menjadi top gainer pada perdagangan kemarin. Transaksi di saham ini mencapai Rp 1,38 triliun.

Kenaikan saham BUMI diikuti saham PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS) 27,78% ke level Rp 92, dengan transaksi mencapai Rp 1,03 triliun. Lalu saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 4% jadi Rp 52.

Apa yang membuat saham-saham ini terus bergerak liar? Para analis menengarai sejumlah aksi korporasi emiten Grup Bakrie menjadi penyebab saham-saham ini bergoyang. BUMI sedang menjalani persidangan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Voting proposal BUMI ditunda hingga 9 November.

Dalam voting ini, masih ada keyakinan kreditur akan menyetujui restrukturisasi utang BUMI. Rumor yang beredar, harga penukaran utang dengan saham (debt equity swap) BUMI cukup tinggi. Hal ini turut mengerek harga BUMI beberapa hari belakangan.

David Sutyanto, Analis First Asia Capital, mengatakan, utang BUMI lebih besar dari asetnya. Hal ini membuat ekuitasnya masih negatif, sehingga, sulit untuk menilai valuasi saham BUMI.

"Kalau pailit, sulit bagi kreditur untuk mendapatkan nilai utang secara utuh," ujarnya.

Menurut Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, pasar masih banyak berharap BUMI bisa menyelesaikan proses restrukturisasi itu. Di sisi lain, secara teoritis, ada momentum kenaikan harga batubara.

Kenaikan saham BRMS dan ENRG dinilai hanya mengekor saham BUMI yang masih panas dengan berita restrukturisasi. Namun, pasar menilai positif adanya rencana pembayaran utang BRMS dengan penjualan saham Newmont.

Investor Relations BRMS Herwin Hidayat mengatakan, nilai divestasi 24% saham Newmont Nusa Tenggara di PT Multi Daerah Bersaing (MDB) berkisar US$ 425 juta. Penjualan ini ditargetkan tuntas sebelum awal November. Duit ini akan langsung dipakai untuk membayar utang ke Credit Suisse.

"Jika transaksi selesai, BRMS akan zero debt," ujarnya kepada KONTAN.

Pelunasan utang tersebut juga akan dilakukan tahun ini. Di laporan keuangan BRMS semester I-2016 yang dirilis kemarin, terlihat BRMS masih mencetak rugi bersih US$ 150 juta. Ini karena ada penurunan nilai aset Newmont sebesar US$ 183,8 juta.

Namun, Herwin mengatakan, transaksi penurunan aset ini hanya akan dibukukan sekali saja. "Ini hanya soal pembukuan, jadi sebenarnya tidak ada arus kas yang keluar," ujar dia.

Satrio mengatakan, karena aksi korporasi masih belum terjadi dan masih berdasarkan spekulasi, maka saham-saham ini memiliki risiko besar. "Kenaikan saham BUMI saja sudah sangat tinggi," ujarnya.

Menurut Satrio, harga BUMI memang masih dalam tren naik. Tapi dia mengingatkan, saham-saham ini hanya cocok untuk trader profesional yang sudah mengenal risiko dengan baik. David tak menampik kalau saham-saham Grup Bakrie memang kerap memberi cuan tinggi bagi trader.

Tapi perlu diingat, return tinggi memiliki risiko yang tinggi pula. Jika restrukturisasi gagal, harga saham ini bisa anjlok. Apalagi, rencana ekspansi emiten-emiten ini ke depan masih belum jelas, karena masih membukukan kesulitan ekuitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×