kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham anyar yang masih berkibar


Rabu, 11 Oktober 2017 / 07:20 WIB
Saham anyar yang masih berkibar


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun ini hingga kemarin, terdapat 25 emiten baru di Bursa Efek Indonesia. Emiten teranyar adalah Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMFI) yang mencatatkan sahamnya kemarin. Dengan kehadiran GMFI, jumlah total emiten di BEI mencapai 559 emiten.

Meriahnnya aksi initial public offering (IPO) sejalan dengan tren penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun ini. Pada transaksi Selasa (10/10), IHSG di posisi 5.905,76, sudah tumbuh 11,50% sejak awal tahun ini hingga kemarin (ytd). Bahkan IHSG sempat beberapa kali memperbarui rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Analis OSO Sekuritas Riska Afriani menilai, pergerakan IHSG mencerminkan perekonomian nasional yang cenderung membaik. Pertumbuhan ekonomi dipatok 5,2%.

Riska mencatat rupiah cukup stabil. Inflasi terkendali, plus suku bunga rendah. Ini membuat emiten memandang tahun 2017 adalah momentum pas untuk aksi korporasi, termasuk IPO. “Animo pelaku pasar modal masih tinggi, sehingga di hari pertama perdagangan saham IPO akan naik,” tutur dia.

Hal ini tecermin dari laju harga saham emiten baru di bursa. Dari 25 emiten yang baru listing, saham Pelayaran Tamarin Samudra (TAMU) mencatat kenaikan tertinggi, yakni 3.081,81% sejak pertama masuk bursa. TAMU masuk pada 10 Mei lalu. 

Saham lain yang melesat sejak pertama kali listing adalah Sanurhasta Mitra (MINA) dengan kenaikan 2.109,95%, dan Marga Abhinaya Abadi (MABA) yang menanjak 1.730,35%. Berdasarkan catatan KONTAN, rata-rata kenaikan harga saham emiten anyar tahun ini sejak listing hingga kemarin mencapai 396%.

Riska berpendapat, kenaikan harga saham emiten baru tak semata berasal dari sentimen kinerja keuangannya. Riska melihat adanya andil minat pelaku pasar. “Kalau saham IPO, kan, orang akan melihat capital gain-nya. Padahal belum didukung kinerja keuangannya,” tutur Riska. 

Contohnya MINA. Emiten dengan bisnis kondominium ini masih mencatatkan kinerja minus dua tahun terakhir. Tapi harganya menjulang tinggi. 

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, harga saham yang baru IPO memang kerap naik pada hari pertama. Tapi setelah itu harganya turun karena aksi profit taking. “Memang ada beberapa saham yang strategis dan tetap bisa naik kencang. Namun, polanya hari pertama naik dan hari berikutnya profit taking,” tutur dia.

Secara historis, di hari pertama mayoritas harga saham IPO menanjak. Hanya ada empat saham pendatang baru di 2017 yang menyusut di hari pertama. Keempat saham itu adalah Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma (CARS), Nusantara Pelabuhan Handal (PORT), Emdeki Utama (MDKI) dan Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMFI).

Hans menilai seharusnya investor melihat sisi fundamental emiten sebelum masuk ke saham yang baru saja IPO. Hans menekankan pentingnya menelisik prospek bisnis ke depannya, serta peluang profit yang bisa dikumpulkan oleh perusahaan di masa mendatang.

Riska memilih beberapa saham baru IPO memiliki prospek bagus. Di sektor perdagangan dan jasa, ada MAP Boga Adiperkasa (MAPB). Di sektor konsumsi, Riska menyarankan Integra Indocabinet (WOOD). “Tahun depan saya melihat properti bagus, seiring penurunan suku bunga BI,” ujar Riska. Dia juga merekomendasikan buy saham Totalindo Eka Persada (TOPS) dengan target harga Rp 2.740 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×