kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah bisa di bawah Rp 13.000 sepekan ke depan


Jumat, 19 Mei 2017 / 20:03 WIB
Rupiah bisa di bawah Rp 13.000 sepekan ke depan


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Lembaga pemeringkat Standard & Poor’s (S&P) akhirnya merilis rating Indonesia di akhir pekan ini. Efeknya rupiah mendulang penguatan cukup signifikan yang diprediksi analis setidaknya bisa bertahan dalam sepekan ke depan. Meski demikian, sampai akhir semester I 2017 ini rupiah bisa memiliki daya tahan walau perlu mewaspadai tekanan eksternal.

Di pasar spot, Jumat (19/5) valuasia rupiah melambung 0,23% ke level Rp 13.325 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir rupiah menguat 0,03%. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia rupiah terkikis 0,50% di level Rp 13.401 per dollar AS dengan catatan sepekan merosot 0,52%.

Ariston Tjendra, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan imbasnya untuk jangka pendek memang cukup signifikan. Hanya saja karena dirilis di akhir pekan dan menjelang penutupan perdagangan maka tidak banyak terasa imbasnya. Namun sepanjang pekan depan bukan tidak mungkin rupiah bisa bergerak di bawah Rp 13.300 per dollar AS.

"Fundamental kita positif terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang memuaskan, inflasi yang terjaga dan neraca perdagangan yang masih surplus maka tambahan dari hasil S&P ini bisa menambah kekuatan rupiah," tutur Ariston.

Memang pada Jumat (19/5), S&P menaikkan peringkat investment grade Indonesia dari BB+ menjadi BBB- dengan proyeksi stabil. Penantian pasar sejak awal Mei 2017 terbayar sudah dan hasilnya pun memuaskan. Wajar secara fundamental rupiah mendapatkan suntikan tenaga yang kuat.

Meski demikian memandang hingga akhir semester satu 2017 menurut Ariston masih akan ada beberapa katalis yang akan mempengaruhi pergerakan. "Kalau The Fed menaikkan suku bunga pada FOMC di Juni 2017 maka itu bisa jadi penahan laju penguatan rupiah," imbuh Ariston.

Nantinya spekulasi kenaikan suku bunga The Fed ini akan mulai membayangi rupiah sejak awal Juni 2017 besok. "Tapi kalau melihat gambaran fundamental rupiah yang kuat pelemahan bisa saja tertahan dengan syarat data-data ekonomi Indonesia di bulan Mei 2017 bertahan positif," papar Ariston. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×