kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana beraset obligasi naik pamor


Kamis, 26 Februari 2015 / 05:55 WIB
Reksadana beraset obligasi naik pamor
ILUSTRASI. Promo Indomaret Super Hemat Periode 13-19 September 2023.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Efek penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia ( BI rate) dari 7,75% menjadi 7,5% menjalar ke pasar reksadana. Apa saja imbas penurunan BI rate terhadap reksadana?

Senior Fund Manager BNI Asset Management Hanif Mantiq mengatakan, penurunan BI rate bisa mendongkrak kinerja reksadana pendapatan tetap. Sebaliknya, kebijakan ini dapat memperlambat kinerja reksadana pasar uang.

Dua jenis reksadana ini paling sensitif dengan BI rate. Maklum, aset dasar reksadana pendapatan tetap mayoritas berupa surat utang. "Dan mayoritas aset dasar reksadana pasar uang adalah deposito,” ujar Hanif, kemarin.

Penurunan BI rate bakal menekan yield surat utang. Alhasil, harga surat utang di pasar sekunder ikut naik. Imbal hasil reksadana pendapatan tetap pun terkerek.

Di sisi berbeda, Hanif menyatakan, bunga deposito perlahan akan turun seiring koreksi BI rate. Ini dapat menekan imbal hasil reksadana pasar uang.

Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management Edward Lubis memperkirakan, bunga deposito akan turun mengikuti proyeksi BI rate. Prediksinya, BI rate akhir tahun ini bisa diturunkan lagi hingga ke level 7,25%.

Ini berpotensi memangkas bunga deposito 50 basis poin, sepanjang tahun ini. Reksadana campuran yang berisi obligasi juga kecipratan berkah penurunan BI rate. Tapi, porsi obligasi di reksadana campuran tidak banyak.

Kendati prospek obligasi bagus, Direktur Utama Samuel Asset Management Agus Basuki Yanuar, menyatakan belum berniat mengubah strategi portofolio reksadana campuran. "Kami tetap mengandalkan saham yang juga positif," ujar Agus.

Di reksadana campuran Samuel, porsi aset dasar yang berupa saham 70%, obligasi 20%-25%, dan sisanya efek pasar uang. Manajer investasi tak banyak mengubah strategi portofolio reksadana setelah BI rate turun.

Aset dasar deposito tetap dipertahankan. Sedangkan pada surat utang, lebih dipilih tenor panjang. Alasannya, menurut Edward, ekspektasi inflasi yang terukur dan membaiknya neraca perdagangan Indonesia bisa menekan yield surat utang negara (SUN) tenor panjang.

Suplai SUN tenor panjang yang menyusut di tahun ini, menurut Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar, ikut mendongkrak harga SUN tenor panjang. Infovesta Utama memproyeksikan return reksadana campuran sepanjang tahun 2015 sebesar 9%-11%, pendapatan tetap 7%-8%, dan pasar uang 6%-7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×