kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Poundsterling koreksi di hadapan greenback


Minggu, 11 Februari 2018 / 20:56 WIB
Poundsterling koreksi di hadapan greenback
ILUSTRASI. Uang Poundsterling Inggris


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang Inggris mendapatkan pukulan telak setelah pihak Uni Eropa mematahkan optimisme mengenai Brexit. Ditambah data manufaktur Inggris yang relatif lemah, membuat poundsterling terpuruk di hadapan greenback.

Pasangan GBP/US$ pada penutupan Jumat (9/2) turun 0,62% ke 1,3827.

Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris pada 9 Februari lalu melaporkan neraca dagang Inggris bulan Desember mengalami defisit menjadi 13,6 miliar poundsterling dibanding periode sebelumnya yang defisit 12,5 miliar poundsterling.

Kenaikan harga minyak dan angka impor yang meninggi menjadi penyebab utama defisit ini. Tercatat, jarak antar impor dan ekspor Inggris naik menjadi 13,5 miliar poundsterling dan output industri jatuh 3,1% lantaran penutupan pipa milik Forties North Sea. Data ini membuat mata uang GBP terkoreksi pada semua major currency.

Tak lupa, komentar Michael Barnier, Kepala Negosiasi Brexit dari Uni Eropa menyatakan periode transisi Brexit tidak dapat dipastikan.

"Poundsterling jatuh karena pengaruh kekhawatiran terhadap negosiasi transisi Brexit, data neraca dagang Inggris dan penguatan US$ sebagai rival utamanya," kata Muhammad Barkah, Kepala Koordintaor Riset Rifan Financindo Berjangka kepada KONTAN, Sabtu (10/2).

Akibatnya, sterling di hadapan dollar yang sedang diburu ini mengalami koreksi mendalam. Dollar sendiri tengah mendaki karena investor masih melarikan dana dari pasar saham global. "Aksi sell off pasar dalam perdagangan Wall Street mendorong permintaan terhadap mata uang safe haven termasuk JPY, CHF dan US$," jelas Barkah.

Apalagi kenaikan yield dalam surat utang 10 tahun AS yang kini mencapai level 2,8% semakin menegaskan potensi kenaikan suku bunga The Fed untuk bulan Maret nanti. Akibatnya pasar tengah kembali mengincar aset dollar.

Secara teknis Barkah melihat harga telah menembus level 38,2% fibonanci retracement jangka panjang sejak mencapai titik tertinggi di 1,4345 pada pertengahan Januari lalu. Beberapa indikator masih tetap bearish termasuk EMA (9) dan indikator relative strength index di level 46 mengarah turun.

Barkah memberikan rekomendasi aksi jual di 1,3798 dengan support 1,3734 dan 1,3660 dan resistance 1,3850 dan 1,3915.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×