kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perusahaan Gas Negara menanti sokongan Pertamina


Rabu, 14 Maret 2018 / 08:50 WIB
Perusahaan Gas Negara menanti sokongan Pertamina
ILUSTRASI. Penyaluran Gas PGN


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) turun kasta. Pada akhir Januari lalu, rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) PGAS menyetujui pembentukan holding BUMN migas.

Konsekuensinya, PGAS menjadi anak usaha PT Pertamina, yang menjadi induk usaha (holding). Sedangkan PT Pertagas, anak usaha Pertamina di sektor gas, akan dialihkan kepemilikannya ke PGAS.

Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya berpendapat, terlalu dini untuk memperhitungkan keuntungan yang bisa investor peroleh dari PGAS setelah pembentukan holding migas.

Satu hal yang pasti, bergabungnya PGAS ke Pertamina adalah win win solution. "Masih banyak langkah kerjasama PGAS dan Pertamina setelah holding terwujud," kata William, Selasa (13/3).

Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada juga menilai hingga kini belum ada keputusan Pertamina tentang arah bisnis dan strategi untuk PGAS. "Investor sebaiknya wait and see mengenai arah bisnis PGAS, apakah akan ada strategi dan target baru atau PGAS hanya berjalan apa adanya," kata dia.

Belakangan ini, harga saham PGAS memang menurun. Harga saham emiten ini kemarin merosot 3,97% ke Rp 2.420 per saham. Dalam 12 hari terakhir, di delapan hari antaranya, harga saham PGAS memerah. Di tiga hari lainnya harga saham naik dan di satu hari stagnan.

Kinerja menyusut

Investor juga melepas saham PGAS lantaran kinerja emiten ini masih mandek. Sepanjang 2017, laba bersih PGAS merosot 53% menjadi US$ 143,15 juta. Adapun pendapatannya naik tipis 1,37% menjadi US$ 2,97 miliar.

Reza mengatakan, laba bersih PGAS masih tertekan lantaran pemerintah kerap mengintervensi harga gas. Tahun ini, setelah bergabung ke lokomotif Pertamina, kinerja keuangan PGAS diharapkan bisa meningkat.

Dalam jangka panjang, bisnis PGAS berpotensi moncer. Emiten ini bisa menambah jalur distribusi gas setelah masuk holding migas. "PGAS bisa memanfaatkan jalur distribusi Pertagas," kata Reza.

PGAS juga berpotensi menambah target pasar baru untuk menjual gas ke mitra bisnis Pertamina. "Hal ini bisa menjadi salah satu upaya meningkatkan valuasi PGAS," kata Reza.

Cuma nantinya, untuk ekspansi dan menggelar aksi korporasi, misalnya, PGAS perlu meminta persetujuan Pertamina. "Jika tidak disetujui holding, ekspansi bisa terhambat," kata Reza.

Analis BCA Sekuritas Nyoman W  Prabawa mengharapkan, kinerja PGAS tahun ini bisa lebih baik, didukung sejumlah ekspansi. Misalnya, PGAS punya kontrak berbasis kuota dengan PLN dan beroperasinya jaringan pipa Duri dan Dumai. Emiten gas ini juga bisa berharap kontribusi dari segmen hulu atau produksi minyak yang lebih tinggi.

Di sisi lain, sinergi PGAS dan Pertagas turut mengikis persaingan. "Meski pemerintah belum mengungkapkan skema kerjasama PGAS dan Pertagas, kami berpandangan konsolidasi ini akan memperkuat segmen hilir PGAS," kata dia dalam riset 12 Maret 2018.

Secara konservatif, Reza memprediksi pendapatan PGAS sepanjang tahun ini masih bisa naik 5% year-on-year (yoy) menjadi US$ 3,12 miliar. Adapun laba bersihnya berpotensi tumbuh 10% (yoy) menjadi US$ 157,47 juta.

Reza merekomendasikan buy saham PGAS dengan target harga sebesar Rp 2.800 per saham. Jika sudah ada kejelasan dari Pertamina mengenai arah bisnis PGAS, saham ini akan menarik dan berkembang. "Pertamina akan memberi nilai tambah bagi PGAS," kata Reza.

William dan Nyoman juga merekomendasikan buy saham PGAS dengan target harga masing-masing Rp 3.400 dan Rp 2.750 per saham. Harga saham PGAS kemarin di posisi Rp 2.420 per saham. Sejak awal tahun hingga kemarin, harga PGAS sudah menanjak 38,29%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×