kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Persepsi risiko investasi fluktuatif, Indonesia masih menarik dalam jangka panjang


Selasa, 05 Juni 2018 / 22:10 WIB
Persepsi risiko investasi fluktuatif, Indonesia masih menarik dalam jangka panjang
ILUSTRASI. CDS credit default swap risiko berinvestasi di Indonesia meningkat turun


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi risiko investasi di Indonesia terbilang belum stabil. Sentimen dari isu global masih menyetir angka credit default swap (CDS) Indonesia bergerak naik turun dalam jangka waktu yang singkat.

Mengutip Bloomberg, Selasa (5/6), nilai CDS Indonesia tenor 5 tahun berada di level 122,451. Angka ini naik 43,6% sejak awal tahun. Sementara CDS Indonesia tenor 10 tahun berada di posisi 201,780 atau melonjak 31,1% secara year-to-date (ytd).

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar menjelaskan, dalam jangka pendek, persepsi risiko investasi di Indonesia kembali meningkat lantaran masih adanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap ketidakpastian global yang belum berakhir. Terutama, potensi perang dagang global antara Amerika Serikat (AS) dengan China dan negara-negara lainnya.

"Selain itu juga karena sebentar lagi kita akan memasuki masa libur. Investor mencoba cover risiko mereka terhadap kondisi yang tidak dapat tereksekusi ketika libur Lebaran nanti," ujar Anil, Selasa (5/6).

Di sisi lain, Anil menambahkan, tekanan terhadap nilai tukar rupiah juga berangsur hilang. Hal ini karena permintaan dollar AS yang menurun seiring berakhirnya masa siklikal menjelang Lebaran yang membuat tingkat impor tinggi dan adanya repatriasi dana asing. "Selepas libur Lebaran, harusnya kondisi CDS bisa pulih kembali," pungkasnya.

Adapun secara jangka panjang, Patrick Odier, Presiden Direktur Lombard Odier, perusahaan asset and global wealth management terkemuka di dunia asal Swis berpendapat, Indonesia merupakan salah satu emerging market paling menarik saat ini di antara negara lain di kawasan Asia.

Patrick menilai, sejatinya emerging market memperoleh keuntungan dari bangkitnya perekonomian AS dalam dua setengah tahun belakangan. "Tapi, Indonesia menarik baik dari segi nilai tukar mata uangnya dan ekuitasnya," ujar dia.

Menurutnya, potensi Indonesia sebagai tempat berinvestasi tak terlepas dari pertumbuhan ekonomi secara fudamental yang sangat stabil. Tambah lagi, reformasi infrastruktur secara masif membuat investor mancanegara tertarik menanamkan modalnya di Indonesia.

Kendati demikian, Patrick menjelaskan, salah satu tujuan Lombard Odier masuk ke pasar keuangan Indonesia melaui kerja sama dengan Bank Mandiri bukan semata mengincar keuntungan. "Kami ingin dapat input lebih banyak soal perkembangan emerging market, khususnya Indonesia. Kami merasa perlu memahami seperti apa iklim investasi dan perekonomian di Indonesia secara lebih dekat dan jelas," ujar Patrick.

Sekadar informasi, bulan Mei lalu, Lombard Odier bekerja sama dengan Bank Mandiri untuk menggarap produk private banking kolaboratif berupa investasi fund-to-fund offshore dengan skema Pengelolaan Dana Nasabah Individual (PDNI). Produk ini ditawarkan khusus untuk nasabah kaya individual Mandiri dengan underlying asset produk funds besutan Lombard Odier secara global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×