kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perbankan menyedot dana dari pasar modal


Senin, 17 April 2017 / 11:09 WIB
Perbankan menyedot dana dari pasar modal


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Sejumlah emiten perbankan bersiap menghimpun pendanaan melalui rights issue. PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW), misalnya. Bank asal Qatar ini mengincar Rp 2 triliun dengan menerbitkan 8,23 miliar saham di aksi korporasi itu.

PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA) berniat melepas maksimal 1,26 miliar saham, dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Ada pula PT BRI Agro Tbk (AGRO) yang mengincar dana Rp 1 triliun melalui rights issue. Tak mau ketinggalan, PT Bank Permata Tbk (BNLI) membidik Rp 1,5 triliun.

Sepanjang tahun lalu, likuiditas perbankan cukup ketat. Tapi di sisi lain, bank butuh antisipasi untuk mengerek penyaluran kredit terutama hingga akhir tahun nanti, seiring maraknya proyek infrastruktur pemerintah. "Sehingga, untuk mengatasi hal ini, perbankan berupaya memperkuat struktur pendanaannya," ujar Bima Setiaji, Analis NH Korindo Securities, akhir pekan lalu.

Cara yang paling efisien adalah, mencari sumber pendanaan dari pasar modal. Tapi memang, bukan hanya rights issue yang menjadi andalan, melainkan penerbitan obligasi. Buktinya, hingga kuartal pertama, perbankan sudah menghimpun Rp 9 triliun dari penerbitan obligasi.

Sekadar informasi, total investasi proyek infrastruktur mulai 2015 hingga 2019 diprediksi total mencapai Rp 5.500 triliun. Asumsikan saja 30% di antaranya didanai melalui kredit perbankan. Artinya, ada kebutuhan kredit infrastruktur Rp 300 triliun sampai Rp 350 triliun setiap tahun. Dengan kebutuhan sebesar itu, ada kenaikan permintaan kredit sebesar 5% saban tahun hanya dari sektor infrastruktur.

"Sektor perbankan sejatinya punya kemampuan mengucurkan kredit sebesar itu," ungkap Alexander Margaronis, Analis UOB Kay Hian Securities, dalam riset pada 5 April lalu.

Tapi, bank juga perlu mengambil tindakan minimal untuk menjaga atau kalau perlu mengerek likuiditas jangka panjang. "Karena, jika hanya mengandalkan DPK dan modal sendiri untuk penyaluran kredit, loan to deposit ratio (LDR) bank bisa 100% dalam beberapa tahun ke depan," kata Alexander.

LDR yang tinggi menunjukkan bank yang bersangkutan sudah meminjamkan hampir seluruh dananya untuk nasabah. Akibatnya, kemampuan mengucurkan kredit berkurang. Dengan kata lain, semakin tinggi LDR, kondisi bank itu semakin rawan.




TERBARU

[X]
×