kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pendanaan asing masih jadi buruan


Jumat, 16 Maret 2018 / 06:56 WIB
Pendanaan asing masih jadi buruan
ILUSTRASI. Uang Dollar AS


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah masih melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Meski demikian, hal ini tak menyurutkan niat emiten mencari pendanaan melalui instrumen berdenominasi mata uang negeri Paman Sam itu.

Belum lama ini, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengumumkan rencana menerbitkan obligasi global senilai US$ 750 juta. Lalu, ada PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang juga tengah mencari pendanaan serupa.

Manajemen BSDE masih belum bersedia merinci berapa nilai emisi yang akan diterbitkan. Yang terang, surat utang berdenominasi dollar AS tersebut telah memperoleh rating Ba3 dengan outlook positif dari Moody's Investor Services.

Selain BSDE dan GIAA, PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) juga berniat mencari pendanaan dalam dollar AS. Emiten menara telekomunikasi ini disebut-sebut tengah mencari pinjaman asing mencapai US$ 590 juta bertenor lima tahun.

PT Dunia Delta Makmur Tbk (DOID) juga memiliki rencana untuk mencari pinjaman. Nilainya mencapai US$ 100 juta.

Eddy Porwanto, Direktur Keuangan DOID, memastikan, proses pencarian pinjaman tak berhenti meski rupiah sekarang melemah. Pembicaraan bersama kreditur malah terus berlanjut. "Neraca kami memiliki natural hedging," ujar Eddy kepada KONTAN, Kamis (15/3). Sehingga, dia tak terlalu mengkhawatirkan pelemahan rupiah.

Likuiditas besar

Vice President Research & Analysis Valbury Sekuritas Nico Omer Jonckheere menilai, ada sejumlah keunggulan sehingga pendanaan asing diminati. Misalnya, suku bunganya bisa lebih rendah.  "Likuiditasnya juga lebih besar,"  kata Nico. Likuiditas yang lebih besar ini membuat dollar AS lebih mudah dicari ketimbang rupiah.

Emiten memang menanggung risiko potensi kenaikan beban keuangan akibat rupiah yang melemah. Meski demikian, risiko tersebut masih bisa sedikit dimitigasi. Nico bilang, semakin panjang tenor pinjaman asing akan semakin ideal. "Karena dollar AS akan turun dalam jangka menengah dan panjang," kata dia.

Natural hedging berupa pendapatan dalam bentuk dollar AS juga merupakan salah satu cara yang masih efektif menyiasati pelemahan rupiah. Selain itu, strategi memanfaatkan natural hedging juga lebih murah.

Sebaliknya, di tengah situasi sekarang, emiten dengan pendapatan rupiah dan biaya produksi dollar AS bisa terbebani. "Apalagi jika eksposur utang dollarnya besar," cetus Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman.     n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×