kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar obligasi tunggu hasil reformasi pajak Trump


Minggu, 01 Oktober 2017 / 19:11 WIB
Pasar obligasi tunggu hasil reformasi pajak Trump


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usulan reformasi pajak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump butuh beberapa bulan setelah diputuskan baru dapat mempengaruhi minat asing pada obligasi di kawasan Asian Tenggara, termasuk Indonesia.

Menunggu usulan reformasi pajak tersebut diputuskan dan terealisasi pada sektor riil, Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Robby Rushandie memperkirakan kekhawatiran pelaku pasar obligasi hanya bersifat temporer.

"Pasar masih akan wait and see bagaimana realisasi reformasi pajak dan dampaknya terhadap inflasi AS," kata Robby, Jumat (29/9).

Menurut Robby reformasi pemangkasan pajak butuh waktu dalam mendorong dan mempengaruhi sektor riil, terlebih pada inflasi AS.

Senada, I Made Adi Saputra Analis Fixed Income MNC Sekuritas mengatakan baiknya pelaku pasar mencermati apa dampak reformasi pajak yang diprediksikan baru akan terealisasi dan terasa dampaknya pada sektor riil AS di dua bulan kedepan atau satu kuartal kedepan.

"Nah, dalam waktu ini yang dilihat adalah bagaimana realisasinya," kata Made.

Jika reformasi pajak sukses, Made mengatakan memang dikhawatirkan investor akan lebih tertarik pada instrumen investasi dalam bentuk saham di AS.

"Karena dengan membeli equity disana dengan pajak yang dipotong tentu benefit yang diterima pemegang saham akan lebih tinggi, deviden akan lebih banyak karena pajak dipangkas," kata Made. Hal tersebut lah yang diharapkan investor dan mendorong mereka mulai melirik pasar saham AS.

Menurut Made, para investor melihat begitu ada usulan reformasi pajak akan membuat saham di AS naik dan membuat pasar obligasi di AS terkoreksi karena investor membeli ekspektasi atau perkiraan ini.

"Namun, belum tentu nanti realisasinya apakah dari sales akan tumbuh atau tidak, karena percuma pajak berkurang tapi penjualan produk di AS justru malah turun," kata MAde.

Senada Robby mengatakan bisa saja dengan pajak AS dipangkas tetapi sektor riil atau perekonomian global masih lamat. Hal ini justru membuat korporasi memiliki kas lebih yang mengalir ke pasar keuangan.

Disisi lain bila dengan reformasi pajak mampu mendorong pertumbuhan AS, hal ini bisa membawa pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×