kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Oktober, transaksi multilateral turun 26%


Jumat, 21 November 2014 / 08:44 WIB
Oktober, transaksi multilateral turun 26%
ILUSTRASI. Ini 6 Cara Mengatasi DANA Tidak Bisa Login atau Dibuka oleh Pengguna


Reporter: Dina Farisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Menjelang tutup tahun, volume transaksi produk multilateral di PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) melorot. Sepanjang Oktober 2014, bursa berjangka ini hanya mencatatkan transaksi sejumlah 40.954 lot. Angka tersebut menurun 26,54% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Data BKDI menunjukkan, dari delapan kontrak multilateral yang diperdagangkan, lima kontrak tercatat turun. Penurunan terbesar terjadi pada emas PAMPGRID. Sepanjang Oktober lalu, volume transaksi hanya 16 lot, anjlok 95,42% dibandingkan bulan sebelumnya.

Penurunan signifikan juga terjadi pada CPOTR (palm oil) dan OLEINTR (olein) yang masing-masing minus 33,57% dan 51,11%. Hanya tiga kontrak yang transaksinya masih naik. Ketiganya yakni kontrak emas GOLDGR, GOLDID, dan TIN (timah). Kenaikan terbesar terjadi pada GOLDID, yaitu naik 366% menjadi 7.173 lot.

Staf Product Development BKDI Meiliandari Selassin mengatakan, secara historis, menjelang akhir tahun, transaksi cenderung minim. Umumnya, pelaku pasar bersiap menyambut libur Natal dan Tahun Baru. "Sepinya transaksi juga mulai terlihat di pasar spot," ungkapnya.

Penurunan transaksi komoditas terjadi seiring harga komoditas yang berguguran beberapa bulan terakhir. Misalnya, harga emas yang terpuruk sejak September. Mengutip Bloomberg, emas pengiriman Desember 2014 di Commodity Exchange masih bertengger di US$ 1.287,4 per ons troi pada 29 Agustus. Namun, di akhir Oktober, harganya jeblok 7% ke level US$ 1.198,6 per troi ons.

Kondisi serupa terjadi pada timah. Pada periode yang sama, harga kontrak timah pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) tergerus 10% ke posisi US$ 19.680 per metrik ton. Namun, berbeda dengan harga CPO yang justru menguat.

Di Malaysia Derivative Exchange, akhir Agustus lalu, CPO sempat terpuruk ke RM 2.022 per metrik ton. Namun, hingga akhir Oktober, harganya sudah naik 14% menjadi RM 2.306 per metrik ton.

Namun, Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis Division PT Monex Investindo Futures, bilang, tinggi atau rendahnya volume transaksi dipengaruhi volatilitas harga. "Sebaliknya, pergerakan harga satu arah, seperti naik atau turun tajam mengindikasikan transaksi bakal sepi," katanya.

Meiliandari memprediksikan, hingga akhir tahun ini, volume transaksi BKDI masih sepi. "Transaksi biasanya mulai ramai di awal tahun. Makanya, peluncuran kontrak baru CPO satuan dollar AS akan kami lakukan tahun depan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×