kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,27   -8,08   -0.87%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

MSCI Indonesia Index diramaikan emiten batubara


Selasa, 16 Mei 2017 / 18:50 WIB
MSCI Indonesia Index diramaikan emiten batubara


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Komposisi Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) kembali berubah. Ada 10 saham Indonesia yang masuk dalam kategori MSCI Global Small Cap Indexes yang akan berlaku efektif mulai tanggal 1 Juni 2017 mendatang. Di sisi lain, ada lima saham yang tereliminasi dalam indeks ini.

Racikan baru MSCI Indonesia ini didominasi oleh saham-saham emiten pertambangan. Kesepuluh saham tersebut di antaranya PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Indofarma Tbk (INAF), dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

Lalu ada pula saham PT MNC Investama Tbk (BHIT), PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP).

Sementara itu, lima saham yang tereliminasi adalah PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA), PT Bisi Internasional Tbk (BISI), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), dan PT Multipolar Tbk (MLPL).

Saham BUMI juga kembali masuk daftar, setelah empat tahun lamanya absen dalam indeks MSCI.

Hariyanto Wijaya, Analis RHB Sekuritas Indonesia mengatakan, harga saham yang masuk dalam indeks ini berpotensi terdorong. Indeks racikan MSCI juga kerap menjadi tolok ukur alias benchmark bagi investor dunia termasuk manajer investasi global.

Ia memfokuskan pada saham-saham batubara yang bakal terlihat menarik usai masuk ke racikan MSCI. Ia yakin, harga batubara masih akan diperdagangkan di level US$ 64-US$ 78 per ton, terutama karena China sebagai konsumen dan produsen batubara terbesar di dunia, punya kepentingan untuk menjaga level harga batubara.

Salah satu saham yang bakal menarik adalah saham DOID dan HRUM. Ia menilai, likuiditas kedua saham ini terus meningkat. "Kinerja keuangan HRUM di Kuartal I juga masih kuat," ujar Hariyanto dalam laporannya, Selasa (16/5).

Hariyanto bahkan merekomendasikan untuk melakukan peralihan (switching) dari saham UNTR ke saham DOID. Hal ini karena potensi kenaikan saham UNTR mulai terbatas.

Dia merekomendasikan beli untuk saham HRUM dengan target harga Rp 3.000 per saham dan saham DOID dengan target Rp 1.500 per saham.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×