kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minyak WTI berpeluang tembus US$ 70 sebarel


Rabu, 24 Januari 2018 / 17:25 WIB
Minyak WTI berpeluang tembus US$ 70 sebarel
ILUSTRASI. Harga minyak dunia


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski tengah tertekan karena meningkatnya cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS), namun harga minyak mentah disinyalir akan bergerak naik. Sejumlah katalis masih berpeluang menyokong harga menuju tren positif.

“Prospek jangka pendek ada potensi kenaikan karena Energy Information Administration (EIA) melaporkan adanya outlook permintaan meningkat menjadi 1,5 juta barel per hari,” kata Faisyal, analis PT Monex Investindo Futures kepada Kontan.co.id, Rabu (24/1).

Menurutnya, perbaikan ekonomi global secara tidak langsung bisa mendorong permintaan minyak ke level yang lebih tinggi. Apalagi sejauh ini, IMF juga telah merevisi pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,2% menjadi 3,9% untuk tahun ini.

Katalis positif lain datang dari jumlah rig aktif Amerika Serikat (AS) yang dilaporkan berkurang. Pada pekan yang berakhir 19 Januari, jumlahnya berkurang 5 rig aktif menjadi 747 rig.

“Belum lagi konflik di Timur Tengah antara Turki dengan penjuang Kurdi berpotensi akan melebar dan mengganggu prouksi,” imbuhnya.

Dalam perhitungan Faisyal, jika sentimen positif tersebut bisa bertahan sampai akhir kuartal I, bukan tidak mungkin pada akhir Maret harga minyak WTI menembus level US$ 70 per barel. Ia menebak, pada akhir Maret, harga bakal berada di kisaran US$ 60-US$ 73 per barel.

Deddy Yusuf Siregar, PT Asia Tradepoint Futures menyakini, katalis utama datang dari komitmen pemangkasan produksi oleh organisasi pengekspor minyak mentah (OPEC) dan sekutunya. Dua negara penghasil minyak terbesar, Arab Saudi dan Rusia sama-sama berkomitmen melanjutkan pemangkasan produksi hingga akhir tahun ini. Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al Falih dan Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengaku akan bekerja sama untuk mengurangi kelebihan pasokan.

“Pernyataan menteri Rusia dan Arab Saudi akan lebih direspons pelaku pasar,” prediksi Deddy.

Komitmen OPEC ini dianggap bisa sedikit meredam naiknya produksi minyak Amerika Serikat (AS). Deddy menyebut, kalau terjadi kesesimbangan permintaan dan pasokan, bisa nenjadi katalis positif untuk harga minyak. Ia memperkirakan pada akhir kuartal I harga masuk ke kisaran US$ 62-US$ 65,50 per barel.

Mengutip Bloomberg, Rabu (24/1) pukul 15.00 WIB, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Maret 2018 di Nymex turun 0,08% ke level US$ 64,42 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×